Blitar (Antara Jatim) - Umat Hindu di Kota/Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang menggelar ritual "Tawur Kasanga" menyambut Nyepi ditandai pawai ogoh-ogoh di Wlingi, Senin, menyampaikan pesan agar umat manusia bersama-sama ikut menjaga lingkungan, demi mencegah dari kerusakan.
     
Bagian Hubungan Masyarakat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kab/Kota Blitar Yuliono mengemukakan kegiatan ini bukan sekadar ritual yang dilakukan umat Hindu sebelum perayaan Nyepi. Kegiatan ini juga penuh dengan makna, salah satunya mengajak masyarakat untuk mencintai lingkungan.

"Ritual ini menyucikan bumi, kalau melasti menyucikan air, sebab bumi dan air temapt sarana semua makhluk hidup. Dalam proses semua ini, manusia yang hidup menggunakan fasilitas alam yang tersedia," katanya kepada wartawan di sela-sela ritual adat "Tawur Kasanga".
     
Pihaknya memang mengajak semua umat manusia untuk mencintai alam. Terkadang, mereka membabi buta dalam menggunakan alam, tidak merasa bahwa alam ini ada yang menciptakan dan harus dijaga ekosistemnya.
     
"Jadi, upacara ini sebagai kesadaran umat manusia untuk bisa menjaga harmonis antara manusia dengan Tuhan, dan bisa harmonis antarsesama umat, walaupiun berbeda agama, suku, ras, bahasa, hingga tradisi," katanya.  
     
Selain itu, ia juga menambahkan dengan kegiatan ini juga sebagai upaya untuk bisa menjaga harmonisasi antara manusia dengan lingkungan, baik yang mati maupun hidup. Misalnya, gunung, dimana hutan di gunung tidak ditebang semena-mena, karena dampaknya akan membawa erosi dan banjir, yang bisa mengenai manusia.
     
Ritual "Tawur Kasanga" adalah ritual memperingati pergantian tahun baru saka. Ritual ini bertujuan untuk membersihkan diri, sebelum melakukan nyepi, yang akan dimulai pada Senin malam hingga esok hari.
     
Dalam kegiatan tersebut, selain ada ritual, juga terdapat sejumlah ogoh-ogoh berukuran raksasa yang diarak keliling di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. 
     
Bentuk ogoh-ogoh itu juga beragam. Ada juga yang terdapat bentuk raksasa berwajah buruk dengan membawa uang. Raksasa itu menunjukkan hawa nafsu manusia yang rakus dengan uang.
     
"Ini kan menggambarkan sebuah Buta Kala yang memegag uang, simbolis serakah, jadi harus dimusnahkan. Misalnya, perjudian, korupsi, dari segi apapun harus diberantas," kata Santoso, salah seorang warga Hindu.  
     
Acara ini berlangsung di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Kegiatan tersebut berlangsung dengan lancar. Selain umat Hindu, ratusan warga dari berbagai daerah juga ikut memeriahkan acara tersebut, dengan menontonnnya. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017