Malang, (Antara Jatim) - Universitas Negeri Malang (UM) menambah dua gugu besar, yakni Prof Dr Waras Kamdi dan Prof Dr Andi Mappiare,  yang dikukuhkan dalam sidang senat terbuka di kampus setempat, Selasa.
    
Prof Dr Waras kamdi merupakan guru besar Fakultas Teknik dan Prof Dr Andi Mappiare adalah guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan yang masing-masing menjadi guru besar ke-76 dan ke-77 UM.     
    
Sidang terbuka senat pengukuhan kedua guru besar tesrebut dibuka oleh ketua senat UM Prof Dr Sukowiyono. "Pengukuhan guru besar ini bukan hanya sekadar seremonial semata, namun menjadi pertanggungjawaban akademik dan moral bagi guru besar," kata Sokowiyono dalam sambutan pengukuhannya.
    
Menurut dia, ide-ide original dan terbaru yang dikemukakan oleh para guru besar akan menjadi landasan pembelajaran bagi generasi penerus sesuai bidang ilmu masing-masing. "Kami juga berharap para doktor UM untuk segera menyusul menjadi guru besar," katanya.
    
Ia mengatakan perbedaan pendapat antara guru besar dalam satu bidang ilmu adalah hal yang wajar, bahkan hal itu membuktikan adanya indikator atas perkembangan ilmu pengetahuan.
    
Sementara itu Prof Dr Waras Kamdi dalam pidato ilmiahnya yang berjudul "Inovasi Pembelajaran Teknik dan Vokasi: Antisipasi terhadap Perubahan Paradigma Belajar" itu mengemukakan selama iji pendidikan pelatihan teknik dan vokasi serta pendidikan di Indonesia bertumpu pada asumsi dan prediksi pasar kerja.
    
"Bahkan, hampir tidak ada program studi atau keahlian yang menjanjikan kepada masyarakat pada pekerjaan tertentu setelah lulus pendidikan atau pelatihan. Oleh karena itu perlu reorientasi pendidikan vokasi yang bertumpu pada kekayaan alam Indonesia," urainya.
    
Sedangkan Prof Dr Andi Mappiare dalam pidato ilmiahnya yang berjudul "Meramu Model Konseling Berbasis Budaya Nusantara: KIPAS (Konseling Intensif Progresif Adaptif Struktur)" itu mengatakan saat ini dirinya amsih mencari model konseling yang cocok untuk diterapkan di Indonesia.
    
Sebab, katanya, selama ini konseling di sekolah masih menjadi momok menakutkan bagi siswa. "Mayoritas sekolah yang mengajak siswa menjalani konseling adalah kabar buruk. Siswa merasa malu, tidak gembira, sehingga hasil konselingnya juga tidak jelas," katanya.
    
Menyinggung KIPAS, Andi mengatakan model ini bertolak pada pandangan bahwa konselor Indonesia menghindari model yang rumit, memerlukan yang sederhana, praktir, terkelola, dan bisa memberi manfaat bagi semua.
   
"Model konseling ini dirancang agar siswa bahagia," ucapnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017