Malang (Antara Jatim) - Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang dan Taipei Medical University (TMU) berkomitmen untuk bekerja sama dalam pemberian beasiswa program magister dan doktoral bagi dosen UMM.

Presentasi beasiswa bagi dosen Universitas Muhammadiyah Malang itu digelar di Auditorium UMM di Malang, Jawa Timur, Senin.

Hal itu merupakan tindaklanjut dari kunjungan UMM ke TMU pada November 2016. TMU merespon positif, sekaligus tertarik bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang karena saat ini sudah ada dosen perguruan tingga swasta tersebut yang belajar di universitas swasta tertua di  Taiwan itu.
    
"Dengan diberangkatkannya dosen Fikes untuk belajar  di TMU semakin memperkuat SDM di lingkungan fakultasnya. Sebanyak 11 dosen nantinya akan dikirim ke TMU untuk kemudian menempuh studi magister dan doktoral. Dosen yang berangkat ke TMU itu terdiri dari program studi Farmasi, Keperawatan dan Fisioterapi," kata Dekan Fikes UMM Yoyok Bekti Prasetyo.
    
Ia mengemukakan bukan tanpa alasan UMM memilih TMU sebagai tempat tujuan. Ada beberapa kelebihan dan kesamaan antara TMU dan UMM. Konsentrasi TMU sangat jelas, yakni fokus di bidang kesehatan.
    
"Apakah itu kesehatan masyarakat, keperawatan, fisioterapi,  dan beberapa disiplin ilmu kesehatan lainnya. Selain itu, TMU merupakan universitas dengan peringkat 47 se-Asia dan peringkat 122 di QS World University Rangking," urainya.
    
Di sela presentasi terkait beasiswa tersebut, juga dilangsungkan proses wawancara dosen UMM yang akan melanjutkan studinya di TMU. "Proses wawancara dilangsungkan hari ini juga dan yang lolos akan diumumkan dan langsung mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari TMU hari ini juga," katanya memaparkan.
    
Selain presentasi beasiswa  dan rekrutmen calon mahasiswa magister dan doktor, juga dilangsungkan kuliah tamu oleh TMU yang diwakili oleh  Prof Ya-Wen Chu dari College of Public Health and Nutrition.
    
Salah satu yang banyak diuraikan Ya-Wen Chiu adalah peralihan dari Millenium Developmental Goals (MDGs) menuju Sustainable Developmental Goals (SDGs). Ya-Wen Chiu membahas lebih dalam mengenai keprihatinannya perihal angka kematian pascamelahirkan yang tinggi di sejumlah negara.
    
Menurutnya, sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh beberapa hal, seperti pendarahan, komplikasi, atau penyakit berbahaya, seperti malaria dan HIV.
    
"Latar belakang peningkatan kematian ibu melahirkan, yakni memiliki banyak anak, rendahnya tingkat pendidikan, usia yang terlalu muda atau terlalu tua saat hamil dan melahirkan, atau mengalami diskriminasi gender," ujarnya menerangkan.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017