Trenggalek (Antara Jatim) - Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak menyatakan tes patologi klinik dan mikrobiologi terhadap Thoimin, peternak dan pedagang sapi di Desa Ngepeh yang semula diduga terinfeksi bakteri antraks, hasilnya negatif.

"Saudara Thoimin ini semalam dilakukan tes patologi klinik dan mikrobilogi di RSUD dr Soedomo, hasilnya negatif tidak ada bakteri tidak ada indikasi antraks," katanya saat menggelar jumpa pers dengan wartawan di kawasan Prigi, Watulimo, Kamis.

Emil membandingkan dengan kasus antraks yang pernah terjadi di daerah lain yang diidentifikasi kasus antraks, dari enam orang yang diperiksa satu positif dan pada ternak ditemukan bakteri antraks.

Namun dalam kasus di Trenggalek, kata Emil, kenyataannya kasus pada Thoimin maupun ternak di sekitar kandang sapi tidak mengarah pada jenis bakteri mematikan yang bisa menular pada manusia tersebut.

"Begitu pula sapi yang lokasinya berdekatan dengan saudara Thoimin, itu diambil sampelnya oleh Balai Besar Veterinary Wates, Yogyakarta pada kunjungan mereka 15 Februari, dan hasilnya setelah dicek darahnya tidak ada (bakteri antraks)," kata Emil.  

Berdasar laporan yang diterima dari tim kesehatan hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Emil menyatakan dugaan-dugaan itu (antraks) di hasil tes nihil.

"Kasus-kasus sapi mati mendadak seperti ini tidak selalu antraks, Biarpun gejalanya mirip, seperti mata memerah, keluar darah dari lubang-lubang tubuh dan sebagainya. Bisa banyak penyebabnya," ujarnya.

Kendati hasil beberapa tes patologi, mikrobilogi pada Thoimin maupun sampel darah pada ternak sekitar lokasi kejadian menurut Emil lebih mengarah ke bukan kasus antraks, ia menegaskan penelitian lanjutan tetap dilakukan dengan mengambil sampel darah penderita manusia (Thoimin) untuk dilakukan uji serologio di Balai Besar Veterinary di Bogor.

"Untuk uji tanah memang membutuhkan waktu yang lama. Selain itu kami juga melakukan uji serologi untuk diserahkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dan lalu dikirim ke Balai Besar Veterinary di Bogor," ucapnya.

Emil memastikan sampel tanah di lokasi penyembelihan sapi sakit di sekitar kandang Thoimin di Desa Ngepeh sudah diambil untuk diperiksa di Balai Besar Veterinary di Wates, Yogyakarta.

Namun menurut Emil, hasil uji sampel tanah membutuhkan waktu lama sehingga uji serologi untuk sampel darah manusia tetap dilakukan oleh pemda setempat.

"Langkah-langkah dengan standar tinggi ini dilakukan untuk memberilkan rasa aman terhadap warga maupun peternak sapi dan kambing di Trenggalek," tutur Emil.

Sebelumnya, Tim Kesehatan Hewan di bawah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek menemukan "suspect" (dugaan) antraks yang teridentifikasi di Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu yang disinyalir menular pada manusia.

Dugaan mengarah antraks itu disimpulkan sendiri oleh petugas kesehatan hewan setempat, setelah meneliti gejala sakit dan tanda-tanda klinis yang menyerupai kasus antraks, seperti sapi mengalami demam tinggi, mata memerah, keluar darah dari lubang dubur, darah berwarna hitam pekat, serta organ limpa yang membesar dan berwarna hitam.

"Secara klinis memang indikasinya mengarah ke antraks. Tapi ini sifatnya masih 'suspect'. Hasil pastinya masih menunggu uji laboratorium atas sampel tanah di lokasi penyembelihan sapi sakit di rumah saudara Thoimin," kata Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan masyarakat Veterinary Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Budi Satriawan.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017