Surabaya, (Antara Jatim) - Indeks literasi atau indikator pemahaman masyarakat terkait pasar modal naik dari 3,75 persen menjadi sekitar 44 persen, karena adanya sosialisasi terkait literasi pasar modal yang gencar dilakukan selama ini, kata Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya Dewi Sriana Rihantyasni.

"Indeks literasi itu tercatat mulai tahun 2013 hingga 2016, atau dalam tiga tahun terakhir dan tercatat secara nasional," kata Dewi yang ditemui dalam workshop mengenai literasi bursa saham di Surabaya, Selasa.

Ia mengatakan, faktor lain kenaikan pemahaman masyarakat terkait pasar modal juga karena adanya faktor ekonomi nasional yang terus membaik, sehingga taraf hidup masyarakat juga tumbuh baik.

"Hal ini juga membuat minat masyarakat untuk masuk dan menabung ke pasar saham naik, dan diprediksi akan terus bertambah," katanya.

Sementara itu, Trainer PT Phintraco Securitas Kusumawardani mengaku naiknya indeks pemahaman masyarakat terkait saham merupakan kabar baik, sebab selama masyarakat lebih memilih menyimpan tabungan mereka di bank atau di rumah dengan bunga kecil serta risiko kehilangan.

Padahal, kata dia, sesuai dengan data yang dihimpun Bank Indonesia investasi di pasar modal khususnya di saham lebih menguntungkan dibandingkan instrumen investasi lain seperti emas, atau deposito.

"Rata-rata tingkat imbal hasil investasi di saham selama 10 tahun terakhir sebesar 21,18 persen. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata suku bunga deposito perbankan selama 10 tahun terakhir yang hanya sebesar 7,47 persen," katanya.

Begitu pula dengan rata-rata investasi emas yang mendapat imbal investasi sebesar 10,02 persen. Selain itu risiko di pasar modal dapat dipelajari.

"Dengan adanya literasi dan inklusi, BEI terus menargetkan peningkatan masyarakat ke sektor jasa keuangan dengan target sebesar 75 persen hingga akhir 2019," katanya.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017