Mengapa Provinsi Jawa Timur selalu menjadi pelopor pembangunan nasional? Selain soal kepemimpinan, tentu karena karakter masyarakatnya yang khas dan istimewa.
       
Semua orang tahu, selama hampir dua periode, kepemimpinan Pakde Karwo -- panggilan akrab Soekarwo-- sangat luar biasa. Saya yang mendampingi beliau sebagai wakilnya ikut merasakan kemampuanya mengkonsolidasikan sumberdaya di Jatim menjadi penggerak kemajuan.
        
Total kemampuan fiskal Jatim yang hanya 9 persen dari total PDRB (Product Domestic Regional Bruto) bisa menghasilkan banyak hal. Tahun 2015, PDRB provinsi dengan penduduk 38 juta ini Rp 1.600-an Triliun. Total APBD Provinsi dan 38 Kabupaten/kota berkisar Rp 120-an Triliun.
         
Lantas bagaimana dengan kapasitas fiskal sekecil itu, pembangunan Jatim bisa menjadi pelopor nasional? Kuncinya ada di partisipasi warga. Ekonomi tumbuh dengan geliat kerja keras warganya. Warganya yang guyub dengan etos kerja kerasnya ikut mendorong kemajuan selama ini.
        
Dengan partisipasi masyarakat tersebut, pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh aktifitas ekonomi warga. Pemerintah dengan kemampuan fiskalnya menjadi bisa fokus menangani infrastruktur, layanan kesehatan dan pendidikan, serta mengentas kemiskinan.
        
Dengan model partisipatori seperti ini, pertumbuhan ekonomi Jatim selalu mengungguli pertumbuhan ekonomi nasional. Tingkat inflasi juga mampu dikendalikan di bawah inflasi nasional. Laju perdagangan antar pulau dan antar negara juga menggembirakan.
         
Saya kira model kepemimpinan pemerintahan yang mengedepankan partisipasi masyarakat ini merupakan pilihan tepat bagi Jawa Timur. Saya merumuskannya dengan model gotong royong. Gotong royong membangun Jawa Timur. Gotong royong antar komponen masyarakat untuk bersama mencapai kemajuan.
        
Wujud pelaksanaan gotong royong itu bisa melalui berbagai tingkatan. Gotong royong antar pemerintah, gotong royong antar pemerintah dan masyarakat, serta gotong royong antar masyarakat. Dalam membangun interkoneksi infrastruktur antar kota dan kabupaten, misalnya. Masalah itu tidak bisa ditangani Pemprov sendiri. Begitu sebaliknya.
        
Jika interkoneksi infrastruktur ini tertangani, dampaknya akan luar biasa. Ketimpangan ekonomi akan lebih mudah diatasi jika jalur distribusi barang berlangsung lancar dan gampang. Biaya transportasi akan bisa lebih ditekan. Ujungnya harga barang bisa menjadi lebih ditekan. Dengan demikian, masyarakat yang pasti akan diuntungkan.
        
Dalam model kepemimpinan gotong royong, pemerintah Provinsi berfungsi semacam dirijen dalam konser musik. Ia yang mengatur nada. Menyelaraskan antara pemain musik satu dengan lainnya. Juga merancang komposisi yang memungkinkan adanya harmoni antar berbagai jenis pemain musik.
        
Nah, dalam pemerintahan, para pemain musik itu adalah berbagai kelompok masyarakat. Para bupati dan walikota. Juga pemerintah pusat. Para pemimpin politik dengan berbagai latar belakang kepentingan politiknya.
         
Juga masyarakat agama dengan berbagai alirannya. Dan yang sangat penting adalah para pelaku ekonomi bisnis. Baik pelaku bisnis yang sudah sangat besar sampai dengan usaha menengah dan mikro.
         
Dari kenyataan di atas, model gotong royong dan kebersamaan ini akan jadi landasan kerja dalam memantapkan Jawa Timur di jalur yang tepat ke depan. Juga bisa menjadi modal sosial untuk membawa Jawa Timur selalu terdepan.
          
Jika modal sosial tersebut dipadukan dengan berbagai inovasi di masa mendatang, hasilnya pasti akan lebih dahsyat lagi. Impian menjadikan Jatim Makmur dan Terdepan pasti akan menjadi kenyataan di kemudian hari. Semoga! (*).

-------
*) Penulis adalah Wakil Gubernur Jawa Timur dan salah seorang Ketua PBNU.
*) Tulisan dari Gus Ipul itu dapat diunduh dan dikomentari di dalam laman www.ngopibareng.id

Pewarta: H Saifullah Yusuf *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017