Jakarta, (Antara) - Kegiatan kontes batu akik nusantara akan tetap ramai di sepanjang 2017, meskipun tidak seramai pada 2015 ketika batu akik sedang di puncak popularitas, kata gemolog, Yulian Noor.
"Saya sudah punya sejumlah jadwal untuk kontes batu akik sepanjang tahun ini," kata pemilik Laboratorium Uji dan Sertifikasi Batu Mulia Avian Noor itu, ketika dihubungi melalui telepon seluler dari Jakarta, Sabtu.
Sepanjang Januari saja, ujar dia, sudah digelar Sirkuit Batu Mulia Nusantara di Revo Town, Bekasi pada 4-8 Januari, disusul kontes serupa di Adiwarma City Walk, Tegal pada 7-8 Januari, kemudian di Harco Gems Cup di Yogyakarta pada 13-15 Januari.
"Sepekan lalu kontes sejenis juga digelar di Semarang. Dan sejak Jumat (27/1) hingga Ahad (29/1) juga digelar di Solo di Sentral Niaga Solobaru. Avian Noor sebagai lab 'on site' yang mengecek keaslian batu yang dilombakan," tuturnya.
Selain itu, Avian Noor juga sudah punya jadwal untuk "Gemstone Rendezvous Party" (GRP) sebagai "lab on site" juga di SAS Cafe and Resto, Surabaya pada 3-5 Februari, 11-12 Februari, pada 8-9 April, 10-11 Juni, 19-20 Agustus, 14-15 Oktober dan 2-3 Desember, ujarnya.
Kontes batu akik tersebut melombakan berbagai kelas, yakni bacan, idokras, opal, kinyang (kecubung), kalsedoni, akik gambar, jasper hingga pirus, dengan berbagai nama unik nusantara seperti bulu macan, tapak jalak, combong, teratai, kendit, sisik naga, pandan, sulaiman, nogosui, klawing, garut, pancawarna, picasso yang semuanya dibagi-bagi lagi dalam beberapa kategori.
Para praktisi dan penyuka akik ini, lanjut dia, juga sedang mewacanakan digelarnya kontes batu nasional per daerah setahun sekali, seperti halnya Pekan Olahraga Nasional (PON) yang digelar rutin.
"Jadi nanti bertanding antara kolektor Jawa Tengah dan kolektor Jawa Barat dalam kontes. Para kolektornya sendiri mempunyai batu beragam dari seluruh nusantara," jelasnya.
Sebagai gemolog yang berkutat dengan batu permata setiap hari, Yulian mengaku sering menemukan adanya modifikasi (treatment) pada batu, bahkan termasuk batu akik yang dianggap sebagai batu mulia tanggung.
Ia mencontohkan, perlakuan berupa pewarnaan (dyed) yang banyak dijumpai pada akik jenis kalsedoni, misalnya, "green chalcedony" seperti krisopras atau hijau Garut, "blue chalcedony" (akik Baturaja) dan "red carnelian" (akik pacitan) yang rawan penambahan warna, termasuk akik pandan yang hampir semuanya mendapat penambahan warna.
Akik-akik hasil modifikasi ini tetap bisa mengikuti kontes-kontes tersebut, namun sulit bisa menjadi pemenang, ucapnya, menegaskan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Saya sudah punya sejumlah jadwal untuk kontes batu akik sepanjang tahun ini," kata pemilik Laboratorium Uji dan Sertifikasi Batu Mulia Avian Noor itu, ketika dihubungi melalui telepon seluler dari Jakarta, Sabtu.
Sepanjang Januari saja, ujar dia, sudah digelar Sirkuit Batu Mulia Nusantara di Revo Town, Bekasi pada 4-8 Januari, disusul kontes serupa di Adiwarma City Walk, Tegal pada 7-8 Januari, kemudian di Harco Gems Cup di Yogyakarta pada 13-15 Januari.
"Sepekan lalu kontes sejenis juga digelar di Semarang. Dan sejak Jumat (27/1) hingga Ahad (29/1) juga digelar di Solo di Sentral Niaga Solobaru. Avian Noor sebagai lab 'on site' yang mengecek keaslian batu yang dilombakan," tuturnya.
Selain itu, Avian Noor juga sudah punya jadwal untuk "Gemstone Rendezvous Party" (GRP) sebagai "lab on site" juga di SAS Cafe and Resto, Surabaya pada 3-5 Februari, 11-12 Februari, pada 8-9 April, 10-11 Juni, 19-20 Agustus, 14-15 Oktober dan 2-3 Desember, ujarnya.
Kontes batu akik tersebut melombakan berbagai kelas, yakni bacan, idokras, opal, kinyang (kecubung), kalsedoni, akik gambar, jasper hingga pirus, dengan berbagai nama unik nusantara seperti bulu macan, tapak jalak, combong, teratai, kendit, sisik naga, pandan, sulaiman, nogosui, klawing, garut, pancawarna, picasso yang semuanya dibagi-bagi lagi dalam beberapa kategori.
Para praktisi dan penyuka akik ini, lanjut dia, juga sedang mewacanakan digelarnya kontes batu nasional per daerah setahun sekali, seperti halnya Pekan Olahraga Nasional (PON) yang digelar rutin.
"Jadi nanti bertanding antara kolektor Jawa Tengah dan kolektor Jawa Barat dalam kontes. Para kolektornya sendiri mempunyai batu beragam dari seluruh nusantara," jelasnya.
Sebagai gemolog yang berkutat dengan batu permata setiap hari, Yulian mengaku sering menemukan adanya modifikasi (treatment) pada batu, bahkan termasuk batu akik yang dianggap sebagai batu mulia tanggung.
Ia mencontohkan, perlakuan berupa pewarnaan (dyed) yang banyak dijumpai pada akik jenis kalsedoni, misalnya, "green chalcedony" seperti krisopras atau hijau Garut, "blue chalcedony" (akik Baturaja) dan "red carnelian" (akik pacitan) yang rawan penambahan warna, termasuk akik pandan yang hampir semuanya mendapat penambahan warna.
Akik-akik hasil modifikasi ini tetap bisa mengikuti kontes-kontes tersebut, namun sulit bisa menjadi pemenang, ucapnya, menegaskan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017