Surabaya, (Antara Jatim) - Row Crop Production Lead Monsanto Indonesia, Dina Novitasari yang merupakan salah satu produsen benih jagung hibrida, PT Branita Sandhini (Monsanto Indonesia) menyebut prediksi BMKG terkait musim kering 2017 akan mendorong penjualan benih jagung.

"Oleh karena itu, kami optimistis penjualan benih jagung hibrida tahun 2017 akan meningkat antara 10 -15 persen seiring membaiknya iklim di Indonesia," kata Dina dalam keterangan persnya di Surabaya, Minggu.

Ia mengatakan tahun ini risiko pertanian akan lebih rendah sesuai prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan musim kering akan mulai di Bulan Mei dan puncaknya akan terjadi di Bulan Agustus. 

"Ini jauh lebih baik dibandingkan tahun 2016 lalu dimana curah hujan sangat tinggi di sepanjang tahun, termasuk di musim kering. Ini meningkatkan optimisme kami dimana sektor pertanian tahun ini akan membaik dibandingkan tahun lalu,” katanya 

Dina mengatakan, Monsanto Indonesia bisa mendistribusikan 4.000-5.000 ton benih jagung hibrida sepanjang tahun 2016 lalu. 

Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini bukan disebabkan faktor cuaca yang membaik, namun lebih karena faktor agronomis dimana pengetahuan masyarakat petani dalam menyerap teknologi jagung hibrida sudah meningkat.

 "Jika dua tahun lalu, penyerapan benih jagung hibrida belum terlalu tinggi karena keterbatasan pengetahuan dari petani. Tahun lalu kondisinya membaik seiring makin banyaknya petani yang sudah mengadopsi benih jagung hibrida namun masih terbentur iklim yang menantang," katanya.

Monsanto Indonesia, kata dia, saat ini terus mengembangkan benih-benih jagung hibrida unggulan yang tahan terhadap gangguan cuaca dan hama serta penyakit tanaman. 

Penggunaan benih jagung yang berkualitas di Indonesia sendiri saat ini sudah mendesak seiring meningkatnya kebutuhan jagung khususnya bagi industri pakan ternak.

Seperti diketahui, industri pakan ternak di Indonesia mengandalkan jagung sebagai bahan baku utama dan tingginya kebutuhan kebutuhan produksi pakan ternak tersebut membuat produsen pakan ternak masih mengandalkan jagung impor karena minimnya produksi dalam negeri.

Monsanto Indonesia juga sudah mempunyai pabrik benih jagung hibrida di wilayah Kabupaten Mojokerto dengan kapasitas terpasang sebesar 13.500 ton sedangkan kapasitas produksi pabrik yang berdiri di lahan seluas 8 hektar tersebut saat ini baru sekitar 7000-8000 ton per tahun.

Produksi benih jagung hibrida Monsanto Indonesia sendiri saat ini mayoritas masih untuk konsumsi petani di dalam negeri. Hanya sekitar 20-30 persen yang diekspor dengan negara tujuan utama Thailand dan Vietnam serta beberapa negara lain dengan permintaan yang lebih kecil seperti Pakistan dan Filipina.

Dalam produksi benih jagung hibrida, Monsanto Indonesia bermitra dengan sekitar 30 ribu petani di 3 area besar, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta dengan lahan pengembangan benih seluas kurang lebih 6.000 hektar.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017