Surabaya, 14/1 (Antara) - Sejumlah pemuda di Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur, mengubah image tempat bordil di eks- kawasan prostitusi yang dikenal dengan sebutan Gang Dolly itu menjadi Rumah Pomade. 

Mereka menjadikan sebuah rumah di gang sempit Jalan Putat Jaya Barat VIII B/ 16 sebagai sentra pembuatan minyak rambut (pomade) sekaligus pusat pemasarannya, yang kini berlabel "Rumah Pomade".

"Ruangan ini dulunya adalah bar," terang David Purwanto, Sabtu, menunjuk pada ruang tamu seluas 2 x 3 meter di Rumah Pomade yang dikelolanya. 

"Dan kamar-kamar itu dulunya adalah kos-kosan. Ya, tahu sendirilah, yang indekos di sini dulunya adalah para PSK," ucap pemuda lajang berusia 23 tahun itu menunjuk pada kamar-kamar di sekitar ruang tamu Rumah Pomade.

Rumah itu tak lain adalah milik kakeknya sendiri. Terdiri dari lima kamar. Ukurannya tidak lebih luas dari ruang tamu Rumah Pomade, masing-masing sekitar 1,5 x 1,5 meter. 

Tentulah para tamu dulu setelah bermabukmabukan di bar ruang tamu tersebut bisa masuk "mencicipi" penghuni kos di kamar-kamar itu. 

Adalah Aji Gojes yang kemudian memanfaatkan eks- rumah bordil itu untuk berkegiatan sebagai Rumah Pomade dengan mengajak para pemuda di sekitarnya setelah lokalisasi prostitusi Gang Dolly dan Jarak resmi ditutup oleh Pemkot Surabaya di tahun 2014.

Aji adalah paman David. Menurut David, sebenarnya pamannya ini telah memulai beraktivitas meracik pomade sejak sekitar dua tahun sebelum lokalisasi Gang Dolly dan Jarak ditutup. 

"Tapi dulu memproduksinya gak di sini. Paman ngekos di kawasan Kembang Kuning. Sebab lokalisasi masih aktif jadi gak mungkin memproduksi di sini. Di kos-kosannya itulah paman dulu memproduksi pomade," terangnya. 

Dikira Narkotika

David mengisahkan, kos-kosan pamannya di kawasan Kembang Kuning, yang tak jauh dari lokalisasi Gang Dolly dan Jarak, adalah kos-kosan campuran dengan penghuni yang telah berumah tangga. 

Maka, agar tidak mengganggu penghuni lainnya, pamannya itu mulai memproduksi pomade pada malam hari saat para tetangganya sudah pulas tidur. 

Sebab pembuatan pomade melibatkan bahan-bahan kimia yang menimbulkan aroma dengan bau menyerupai alkohol. Di antaranya menggunakani minyak kelapa, wax, lanolin, serta wewangian untuk memberikan aroma khas.

"Jadi gak mungkin paman beraktivitas di siang hari bersamaan dengan aktivitas penghuni rumah tangga di dapur," katanya.

Maka malam beraktivitas, siangnya tidur dengan kamar yang selalu tertutup rapat. "Kalaupun tidak tidur, siang hari paman keluar untuk memasarkannya," ujar David. 

Sementara saat kamarnya tertutup rapat, entah Aji Gojes sedang tidur pulas di dalamnya atau keluar memasarkannya, aroma kimia bahan-bahan baku pomade yang khas alkohol itu tetap menyeruak ke hidung para tetangganya.

Menimbulkan gosip yang tidak sedap di kalangan tetangga. Aji Gojes dituding sedang memproduksi narkotika. Aji juga mendengar gosip itu. Namun pemuda 30-an tahun ini menyikapinya dengan dingin. 

Toh kalau polisi datang menggerebek, akan tahu sendiri di dalam kamar berisi bahan-bahan kimia untuk pembuatan pomade. Sedangkan membuat pomade serta memasarkannya bukanlah tindakan kriminal, begitu pikir Aji saat itu.     

"Untungnya belum sampai tetangga mengundang polisi untuk menggerebek, Pemkot Surabaya sudah menutup lokalisasi Dolly dan Jarak dan paman segera memindahkan produksinya di Rumah Pomade ini," ujar David.

Pemasaran Online

Usaha yang dirintis Aji Gojes sejak dari kos-kosannya di Kembang Kuning dulu semakin berkembang setelah dikelola di Rumah Pomade kawasan eks lokalisasi Gang Dolly. Sebab Aji juga memberdayakan pemuda di sekitar Dolly dan Jarak untuk turut menguasai keterampilan membuat pomade. 

Empat kamar sempit di Rumah Pomade yang dulunya merupakan kamar kos para PSK dijadikannya ruang workshop pembuatan pomade bagi pemuda sekitar. Satu kamar lainnya dijadikan showroom bagi produk-produk pomade yang siap jual.   

Setidaknya saat ini sudah ada empat pemuda dari kawasan Gang Dolly dan Jarak yang sudah mahir meracik pomade. Mereka adalah Adit Bajingan, Yudi Dollar, Tomi Rungkut, selain keponakannya sendiri, David, yang sekaligus diserahi tanggung jawab mengelola Rumah Pomade tersebut.

"Teman-teman yang sudah bisa meracik pomade membuat merk sendiri-sendiri," terang David. Karenanya di showroom Rumah Pomade itu tertera banyak merk hasil produksi dari para pemuda setempat yang sudah siap untuk dipasarkan.  

Mereka mengemasnya ke dalam bentuk produk yang menggunakan bahan “Oil Based” seberat 100 gram dengan harga Rp125 ribu. Serta satu lagi kemasan berbahan “Water Based” seberat 50 gram yang dijualnya seharga Rp35 ribu.

"Sedangkan pemuda-pemuda yang belum bisa membuat pomade membantu distribusinya," imbuh David. Pendistribusiannya memanfaatkan internet, dengan gencar memasarkannya secara online melalui media sosial. 

Lumayan, Rumah Pomade di Jalan Putat Jaya Barat VIII B/ 16 kini berfungsi sebagai distributor produk-produk pomade buatan pemuda dari eks lokalisasi Dolly dan Jarak ke sejumlah toko-toko, tak hanya di dalam Kota Surabaya, melainkan juga banyak ke luar kota. 

"Rata-rata toko-toko ini mengambil dalam jumlah lusinan. Sebab kita beri potongan harga pembelian minimal satu lusin," ujar David.  

Pemkot Surabaya, dikatakan David,  juga membantu pemasarannya sebagai bentuk dukungan pemberdayaan masyarakat eks- lokalisasi Dolly dan Jarak. 

"Pemkot Surabaya tidak membantu permodalan, hanya membantu pemasarannya, yaitu mengambil produk kita untuk menjualkannya di sebuah Outlet di kawasan Bratang," ucapnya. (*)

Pewarta: Hanif N

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017