Bojonegoro (Antara Jatim) - Sejumlah pedagang di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan harga berbagai macam jenis beras naik Rp200 per kilogram, disebabkan panen padi di daerah setempat dan Tuban sudah habis.
"Kenaikan berbagai macam jenis beras terjadi karena panen tanaman padi lokal juga di Tuban sudah habis sejak awal Januari," kata seorang pedagang beras di Kelurahan Karangpacar, Kecamatan Kota, Bojonegoro Indah, Kamis.
Namun, menurut pedagang beras di Pasar Banjarjo, Kecamatan Kota, Kharis dan Sakip, kenaikan harga beras tidak akan terlalu tajam, karena di daerahnya akan ada panen tanaman padi sebulan lagi.
"Kalau saja harga beras masih naik maksimal tidak akan lebih dari Rp500 per kilogram," ucap Kharis.
Kenaikan harga beras, menurut Kharis, juga dipicu ribuan hektare tanaman padi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo di Bojonegoro dan Tuban, yang gagal panen akibat terendam air banjir luapan Bengawan Solo.
Akibatnya, ia mengaku perolehan pembelian beras dari pedagang pedagang lokal turun rata-rata berkisar 3-4 ton per hari yang bisanya bisa mencapai 8 ton per hari.
Data di Pasar Kota dan Pasar Banjarjo, Bojonegoro menyebutkan harga beras Terate naik menjadi Rp10.700 per kilogram yang sebelumnya Rp10.500 per kilogram.
Harga beras kualitas super produk lokal juga Tuban, juga naik menjadi berkisar Rp9.700-Rp10.700 per kilogram, yang sebelumnya berkisar Rp9.500-Rp10.500 per kilogram.
Sedangkan harga beras jatah untuk masyarakat miskin (rastra) tetap stabil Rp7.000 per kilogram.
"Saya sudah menaikan harga beras Terate karena menyesuaikan dengan harga beli dari produsennya," ucap Indah.
Namun, menurut dia, harga berbagai macam beras lainnya masih bersifat menyesuaikan, meskipun ada kecenderungan naik.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari, menjelaskan stok beras di daerahnya di tingkat pedagang sampai sekarang ini masih cukup banyak, sehingga banyak pedagang luar daerah ikut melakukan pembelian.
"Perkiraan panen tanaman padi di Bojonegoro pada 2016 lebih dari 1 juta ton gabah kering giling (GKG), melampau target yang ditetapkan sebesar 850 ribu ton GKG," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kenaikan berbagai macam jenis beras terjadi karena panen tanaman padi lokal juga di Tuban sudah habis sejak awal Januari," kata seorang pedagang beras di Kelurahan Karangpacar, Kecamatan Kota, Bojonegoro Indah, Kamis.
Namun, menurut pedagang beras di Pasar Banjarjo, Kecamatan Kota, Kharis dan Sakip, kenaikan harga beras tidak akan terlalu tajam, karena di daerahnya akan ada panen tanaman padi sebulan lagi.
"Kalau saja harga beras masih naik maksimal tidak akan lebih dari Rp500 per kilogram," ucap Kharis.
Kenaikan harga beras, menurut Kharis, juga dipicu ribuan hektare tanaman padi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo di Bojonegoro dan Tuban, yang gagal panen akibat terendam air banjir luapan Bengawan Solo.
Akibatnya, ia mengaku perolehan pembelian beras dari pedagang pedagang lokal turun rata-rata berkisar 3-4 ton per hari yang bisanya bisa mencapai 8 ton per hari.
Data di Pasar Kota dan Pasar Banjarjo, Bojonegoro menyebutkan harga beras Terate naik menjadi Rp10.700 per kilogram yang sebelumnya Rp10.500 per kilogram.
Harga beras kualitas super produk lokal juga Tuban, juga naik menjadi berkisar Rp9.700-Rp10.700 per kilogram, yang sebelumnya berkisar Rp9.500-Rp10.500 per kilogram.
Sedangkan harga beras jatah untuk masyarakat miskin (rastra) tetap stabil Rp7.000 per kilogram.
"Saya sudah menaikan harga beras Terate karena menyesuaikan dengan harga beli dari produsennya," ucap Indah.
Namun, menurut dia, harga berbagai macam beras lainnya masih bersifat menyesuaikan, meskipun ada kecenderungan naik.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari, menjelaskan stok beras di daerahnya di tingkat pedagang sampai sekarang ini masih cukup banyak, sehingga banyak pedagang luar daerah ikut melakukan pembelian.
"Perkiraan panen tanaman padi di Bojonegoro pada 2016 lebih dari 1 juta ton gabah kering giling (GKG), melampau target yang ditetapkan sebesar 850 ribu ton GKG," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017