Jember (Antara Jatim) - Pengamat ekonomi Universitas Jember Aditya Wardhono PhD mengatakan kebijakan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat nantinya akan mempengaruhi sektor perekonomian di Indonesia.

"Bagi Indonesia yang menganut ekonomi bebas aktif, tentu hubungan ekonomi Indonesia terhadap Amerika Serikat harus saling menghargai, meskipun arah dan strategi ekonomi kita harus cepat menyesuaikan diri, terutama antisipasi kebijakan perdagangan Trump yang cenderung anti-globalisasi dan anti-liberalisasi," katanya di Kampus Universitas Jember, Senin.

Menurut dia, terpilihnya D. Trump adalah kejutan baru dunia dipenghujung tahun 2016 dan ekonomi domestik Amerika Serikat sendiri akan menemukan keseimbangannya yang baru, terlebih ketika menyimak kampanye Trump. 

"Meskipun tidak 100 persen janji kampanyenya bisa direalisasikan, namun dalam jangka pendek ekonomi Amerika Serikat akan berkontraksi dan memengaruhi ekonomi global, terutama sentimen Trump pada ekonomi Tiongkok," tuturnya.

Ia mengatakan periode ekonomi Amerika Serikat yang tumbuh datar dan cenderung buruk, jika dibandingkan dengan ekonomi negara-negara maju, sehingga fokus Presiden Trump akan menata ekonomi dalam negeri akan lebih menonjol.

"Mereka akan cenderung memberlakukan kebijakaan 'inward looking'. Sebenarnya jika hanya menyimak kampanye Trump memang cenderung radikal dalam strategi dan kebijakan ekonomi seperti pajak dan pembiayaan infrastruktur," ucap pengajar ekonomi moneter Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jember itu.

Aditya mengatakan intinya yang diusung Trump dalam poin ekonomi memang selama ini memunculkan dampak, tidak saja bagi ekonomi Amerika Serikat dan Indonesia, namun negara-negara lain.

"Menakar dan membaca anomali Presiden Trump menjadi hal yang penting terkait shock jangka pendek di pasar uang dan modal. Namun, kita harus tetap optimistis ini sekedar efek shock saja dalam jangka pendek dan kondisi pasar semoga bisa cepat menyesuaikan," ujarnya.

Ia mengatakan menata dan meningkatkan daya saing komoditas menjadi kunci utama atas pragmatisme Trump melihat konstelasi ekonomi Amerika Serikat terhadap mitra ekonomi dan bisnisnya.

"Meskipun Indonesia dan ASEAN masih menjadi prioritas, Amerika Serikat memiliki kepentingan terhadap ekonomi di kawasan itu, sehingga saat ini semua negara saling menunggu dan melihat selama enam bulan ke depan," katanya.

Sambil melihat reaksi pasar yg cenderung reaktif, lanjut dia, Indonesia perlu memastikan mau kemana arah berjalan kebijakan Trump karena reaksi negara ekonomi kecil seperti Indonesia akan melihat kekuatan negara ekonomi raksasa akan kemana. 

"Saya melihatnya bagaimana reaksi Tiongkok terhadap Amerika Serikat dan perlu disusun rekonstruksi atas kebijakan Indonesia. Saya khawatir, kita ikut ritme ekonomi yg keliru karena impor barang dan modal kita masif dan besar. Ketergantungan kita cukup tinggi, khususnya kita butuh investor dan jangka pendek akan berdampak pada pasar uang dan modal, serta jangka panjangnya lebih pada sisi ekspor," ujarnya menambahkan. (*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016