Situbondo (Antara Jatim) - Seorang perajin di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, memanfaatkan laman belanja "online" atau daring (dalam jaringan) untuk menjual dan mempromosikan hasil produk kerajinan rak dinding minimalis kepada masyarakat.

Adalah Fahrudi Firman Hidayat (26), warga Desa/ Kecamatan Jangkar, yang menjual serta mempromosikan produk kerajinan rak dinding minimalis melalui daring yang memiliki nilai jual untuk lebih mudah dikenal oleh masyarakat luas.

Pemuda lulusan D2 Akuntansi Perbankan di Universitas Negeri Malang, Jawa Timur ini, menceritakan bahwa pada zaman digital memudahkan dirinya untuk menjual produk kerajinan dari bahan baku "multiplek" atau triplek berlapis (ukuran tebal).

Menjual produk kerajinan melalui daring, kata dia, selain dapat cepat dikenal oleh masyarakat luas khususnya di Indonesia, juga dapat mengerjakannya di rumah dan bahkan kerajinan tersebut bisa menjadi usaha dalam keluarga.

"Menjual produk kerajinan rak dinding minimalis secara 'online' ini sudah saya tekuni selama enam bulan, dan produk kerajinan ini sudah menjadi usaha keluarga karena saya juga melibatkan dua orang adik untuk membantu membuat kerajinan ini," katanya.

Produk-produk yang dibuat oleh pemuda lajang ini diantaranya, rak dinding ambalan, rak sambung, rak siku, rak nama (papan display) dan rak mini yang kesemuanya produk kerajinan tersebut ditempelkan ke dinding rumah (tembok) sebagai tempat asesoris maupun foto keluarga.

Untuk bahan bakunya, seluruhnya menggunakan "multiplek" atau triplek berlapis (triplek tebal) dan "deco sheet" atau pelapis triplek yang ditempelkan setelah produk rak dinding minimalis itu sudah dibentuk.

Menurut Fahrudi, omzet penjualan produk kerajinannya dari berbagai macam produk melalui daring rata-rata Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan, atau perajin rak dinding minimalis tersebut dapat meraup keuntungan (laba) Rp4 juta hingga Rp5 juta dalam satu bulan.

Untuk kerajinan rak dinding minimalis yang terjual setiap bulannya mulai dari 75 produk hingga 100 produk kerajinan berbagai macam dan ukuran. Ia mematok harga rak dinding mulai dari yang termurah Rp50 ribu hingga Rp450 ribu per produk tergantung ukuran besar dan kecil serta tingkat kesulitannya.

"Karena mempromosikan serta menjual produk kerajinan rak dinding minimalis ini melalui laman belanja 'online' sejak pertama kali hingga enam bulan berjalan, saat ini sudah banyak pelanggan dan pembeli produk saya," ucapnya.

Ia mengatakan, produk kerajinannya sudah terjual kepada pembeli di seluruh Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kepulauan Seribu. Bahkan juga pembeli banyak berasal dari luar Jawa, diantaranya Makassar, Sulawesi Selatan, Palembang, Medan, Sumatera, serta Denpasar.

Selama ini, Fahrudi memasarkan produk kerajinan rak dinding minimalis tersebut melalui beberapa laman belanja dalam jaringan, diantaranya Bukalapak, Olx, Tokopedia, dan juga media sosial Instagram dan facebook serta juga BBM.


Pendapatan meningkat

Di setiap laman belanja daring, perajin tersebut mendaftarkan seluruh produk kerajinannya yang sebelumnya terlebih dahulu mendaftar sebagai pengguna akun di laman belanja "online" di internet.

"Untuk pengiriman produk-produk yang dibeli oleh pelanggan, saya menggunakan jasa pengiriman barang atau ekspedisi, yakni Kantor Pos dan JNE," katanya.

Fahrudi mengaku selalu optimistis bahwa pemasaran melalui internet atau secara "online" dapat dengan mudah diakses masyarakat untuk membeli produk kerajinannya.

Karena selama memanfaatkan laman belanja "online" hingga saat ini pendapatan dari bulan ke bulan terus mengalami peningkatan setelah pemasaran secara digital tersebut. Dia juga optimistis, pemasaran melalui dalam jaringan akan dikenal masyarakat luas dan harapannya bisa menembus pasar mancanegara.

Menjual produk kerajinan secara "online" tentu membutuhkan cara yang baik agar bisa mengoptimalisasi produk sehingga mudah ditemukan oleh pembeli di internet.

"Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menjual produk kerajinan melalui daring, yakni mempublikasikan produk-produk kerajinan kita di setiap laman belanja untuk memudahkan masyarakat melihat secara detail produk yang akan dijual," paparnya.

Ditanya soal bantuan permodalan dari pemerintah kabupaten setempat, Fahrudi mengaku belum pernah mendapatkan bantuan modal untuk pengembangan usaha kerajinannya.

Kendati demikian, kata dia, sejauh ini masih belum membutuhkan banyak modal untuk pengembangan usaha miliknya, karena pesanan (order) produk kerajinan dari pembeli selama ini, masih cukup untuk diputar membayar tukang kayu dan membeli bahan baku kerajinan.

"Kerajinan rak dinding minimalis ini tidak terlalu banyak membutuhkan tukang kayu, dan saya sendiri selama ini hanya mempekerjakan satu orang tukang saja. Sedangkan untuk menghaluskan kerajinan dan memasang "deco sheet" (pelapis triplek) bisa saya kerjakan sendiri dan adik-adik saya," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi Kabupaten Situbondo, Achmad Sugiharto mengatakan, sangat mengapresiasi dan mendukung pemuda yang memiliki jiwa bisnis dan memanfaatkan laman belanja dalam jaringan internet menjual produk-produk kerajinannya.

"Di Dinas Koperasi Situbondo tidak bisa langsung memberikan bantuan uang untuk permodalan dalam pengembangan pada Usaha Kecil Menengah (UKM) atau usaha perseorangan. Kami hanya bisa membantu menjembatani dan merekomendasikan pada perbankan mempermudah agar dapat diberikan pinjaman modal tambahan, tetapi tetap menggunakan agunan (jaminan)," katanya.

Menurutnya, pemerintah daerah setempat selama ini hanya memberikan pelatihan terkait cara-cara pemasaran melalui dalam jaringan internet kepada para perajin atau UKM dan IKM.

"Untuk mendapatkan pelatihan dan rekomendasi kemudahan pinjaman modal ke perbankan, para pemilik usaha perseorangan maupun UKM terlebih dahulu mendaftarkan terlebih dahulu agar mendapatkan surat izin usaha atau SIUP, dan untuk mendaftar ke kita gratis alias tanpa biaya," ucapnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016