Surabaya, (Antara Jatim) - Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jawa Timur mengalami kenaikan 8,59 persen dalam kurun delapan bulan terakhir, yakni dari Januari hingga Agustus 2016 atau menjadi 113,92 poin, yang menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan di wilayah setempat naik dan berkembang cukup baik.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Teguh Pramono, di Surabaya, Rabu mengatakan NTN selama setahun dari Agustus 2015 ke Agustus 2016 atau "year on year" (Y to Y) juga mengalami kenaikan sebesar 5,19 persen.
"Penyebabnya indeks harga yang diterima nelayan mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar nelayan hanya mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen," kata Teguh.
Sementara itu, untuk NTN dari bulan Juli 2016 ke Agustus 2016 mengalami penurunan tipis sebesar 0,01 persen dari 113,93 poin pada bulan Juli 2016 menjadi 113,92 poin pada bulan Agustus 2016, karena indeks harga yang diterima nelayan hanya mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen sementara indeks harga yang dibayar nelayan naik sebesar 0,02 persen.
Teguh menyebut, komoditas utama yang mendorong kenaikan NTN selama setahun terakhir adalah harga ikan kembung, ikan kuniran, ikan lemuru, cumi – cumi, udang, rajungan, ikan tembang, ikan peperek, ikan layur/beladang, serta ikan pari.
"Untuk komoditas yang mendorong penurunan adalah turunnya harga ikan layang, ikan swanggi, ikan tongkol, ikan cakalang ikan kuwe/bebara, ikan kepiting laut, ikan teri, ikan kerapu, ikan beloso, dan ikan tengiri," katanya.
Sementara itu komoditas pendukung kenaikan NTN adalah harga sayur cabai rawit, cabai merah, solar, motor tempel, rokok kretek, telur ayam ras, sewa perahu tanpa motor, mie bakso, rokok kretek filter, dan ikan lemuru.
"Untuk komoditas yang mendorong terdapat 10 komoditas, antara lain gula pasir, tomat sayur, bawang merah, bawang putih, jeruk, sawi, buncis, daging ayam ras, ikan pindang tongkol, dan apel," katanya.
Sementara itu, secara nasional provinsi yang mengalami penurunan NTN tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,00 persen diikuti Provinsi Jawa Barat sebesar 0,74 persen dan Provinsi Yogyakarta sebesar 0,58 persen.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016