Madiun (Antara Jatim) - Harga komoditas tebu di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, anjlok akibat rendahnya rendemen menyusul anomali cuaca yang terjadi pada musim kemarau tahun 2016 yang bertepatan dengan musim panen.

Kasi Rehabilitasi, Diversifikasi Lahan, dan Infrastruktur, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Madiun Suwono di Madiun, Kamis mengatakan, harga jual tebu dari petani pada musim panen sebelumnya bisa mencapai Rp50 ribu per kuintal dengan rendemen berkisar 7,5-8.

"Namun, tahun ini harga tebu petani susut hingga tinggal Rp42 ribu per kuintal," ujar Suwono kepada wartawan.

Menurut dia, dari harga sekitar Rp42 ribu per kuintal tersebut, jumlah rendemen yang terkandung hanya berkisar 6,3 hingga 6,7 saja.

"Hujan yang masih banyak turun selama musim kemarau kali ini membuat rendemen gula petani menurun. Akibatnya produksi gula juga menurun," terang dia.

Kondisi tersebut membuat petani mengalami kerugian yang cukup banyak. Selain harga yang anjlok, petani juga masih dihadapkan dengan proses tebang tebu yang sulit. Hal itu karena lahan tebu sebagian susah diakses oleh truk pengangkut. 

"Jika dahulu truk bisa mengangkut hingga tiga kali, tetapi tahun ini mengangkut satu kali saja sangat susah. Kondisi tersebut secara langsung akan berimbas pada ongkos tebang yang juga meningkat," katanya.

Adapun, panen raya tebu biasanya jatuh pada Juli hingga Oktober. Namun, karena pengaruh cuaca, panen raya diprediksi molor hingga November mendatang. 

Akibat kondisi yang serba sulit tersebut, banyak petani yang beralih menanam komoditas lain. Hal itu otomatis berdampak pada menurunnya luasan lahan tebu di wilayah setempat.

Data mencatat, luas tanam tebu tahun lalu di Kabupaten Madiun masih mencapai 3.878 hektare, kini menyusut hingga tersisa sekitar 3.389 hektare. (*)
     

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016