Banyuwangi (Antara Jatim) - Kementerian Pariwisata membantu pembangunan "homestay" untuk mendukung berkembangkanya dunia pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang beberapa tahun terakhir terus menggeliat.
     
Menteri Pariwisata Arief Yahya di Banyuwangi, Jumat mengatakan pihaknya terus mendorong pembangunan homestay di daerah-daerah wisata untuk memberi alternatif tempat menginap bagi wisatawan.  
     
"Kami bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU-PR) dan BTN ( Bank Tabungan Negara) untuk mewujudkan seribu homestay di Banyuwangi," ujarnya saat memberikan sambutan pada acara halal bihalal Diaspora Banyuwangi.
     
Ia menjalaskan pihaknya telah menunjuk 17 desa/kelurahan sebagai area pengembangan homestay di Banyuwangi. Desa yang ditunjuk merupakan desa-desa yang memiliki potensi wisata dan kearifan lokal, antara lain Kelurahan Temenggungan (Kecamatan Banyuwangi), Gombengsari (Kalipuro), Desa Bakungan  dan Kampunganyar (Glagah), Banjar dan Tamansari (Licin), Kandangan (Pesanggaran), Sumberasri (Purwoharjo), dan Kalipait (Tegaldlimo).
     
Untuk menegaskan komitmen ini, 17 kepala desa dan lurah tersebut menandatangani perjanjian kesanggupan untuk mengembangkan homestay yang berwawasan lingkungan. Penandatangan perjanjian tersebut disaksikan oleh Arief dan Bupati Banyuwangi Abullah Azwar Anas.
     
Pemerintah desa akan mendorong masyarakatnya untuk berperan serta menyediakan homestay di wilayahnya. Mereka akan diedukasi tata kelola homestay serta berbagai pengetahuan tentang dunia pariwisata.
     
"Desainnya harus mencerminkan kearifan lokal. Intinya bangunan yang khas Indonesia,' tutur Arief.
     
Menurut menteri, sejumlah bank BUMN akan digandeng untuk membiayai program tersebut. Warga desa yang akan membangun homestay akan dibantu pembiayaannya dari bank tersebut.
     
"Biayanya murah sekali. Skemanya, cukup membayar uang muka 1 persen, dengan bunga fixed 5 persen, dengan tenor hingga 20 tahun," ujar menteri yang merupakan putra asli Banyuwangi itu.
     
Sementara Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas optimistis bisa mengembangkan seribu homestay di daerahnya. Desain homestay didorong mengadopsi arsitektur khas Suku Osing (masyarakat asli Banyuwangi).
     
"Ini sebagai wujud pariwisata berbasis masyarakat yang dikembangkan di Banyuwangi. Artinya, pengembangan wisatanya melibatkan dan dinikmati masyarakat," paparnya.
     
Menurut dia, warga Banyuwangi sudah mulai merasakan imbas positif dari geliat pariwisata Banyuwangi saat ini. Sehingga, program pengembangan homestay ini bakal direspons positif oleh warga.
     
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banyuwangi yang mencerminkan besaran perekonomian daerah, kata Anas, terus meningkat dari dari Rp32,46 triliun (2010) menjadi Rp60,05 triliun (2015). Dengan besaran perekonomian yang terus membesar, dampak ke pendapatan per kapita masyarakat otomatis terdongkrak. Pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi melonjak dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp37,53 juta (2015).
     
Geliat pariwisata, katanya, juga ditunjukkan dari lonjakan jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, yang mencapai 1.308 persen dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015).
     
"Dengan mengembangkan homestay, warga bisa menyewakannya ke wisatawan, sehingga bisa menambah pendapatan warga," tuturnya.
     
Selama ini, Pemkab Banyuwangi sudah memberdayakan warga untuk mengembangkan homestay secara bertahap. Warga yang mengembangkan homestay dilatih dengan melibatkan instruktur dari sejumlah hotel berbintang di Banyuwangi dan Bali.
     
"Warga dilatih manajemen penginapan yang bagus, termasuk yang terakhir ada pelatihan penyajian makanan khas Barat, seperti burger agar bisa memenuhi permintaan wisatawan asing yang menginap," ujarnya.(*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016