Malang (Antara Jatim) - Institut Biosains Universitas Brawijaya (UB) Malang dan PT Biofarma (Persero) mulai memperkenalkan dan uji pasar hasil penelitiannya yang sudah diproduksi, yakni Kit Diagnostik GAD65, alat deteksi dini Diabetes Militus tipe 1 dan 1,5.

"Tahapan ini merupakan awal untuk memperkenalkan produk yang telah kami teliti selama sekitar 20 tahun ini kpada publik secara nasional. Langkah ini juga sebagai upaya awal menuju komersialisasi KIT GAD65," kata Ketua tim penliti KIT GAD65, Prof Dr Aulani ke pada wartawan di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Peluncuran  produk pendeteksi dini Diabetes Militus (DM) tersebut bakal dilakukan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikri Prof dr Ali Gufron Mukti, Kamis (23/6) di kampus setempat.

Lebih lanjut, Aulani mengatakan saat ini Institut Biosains UB dan Biofarma sedang melakukan persiapan pendaftaran Kit melalui pengajuan sertifikasi produksi dan izin edar kepada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan ALat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Menurut dia, Kit GAD65 merupakan produksi Kit Diagnostik buatan anak bangsa Indonesia yang diharapkan mampu mendukung kemandirian bangsa dalam pemenuhan kebutuhan alat kesehatan bagi masyarakat. "Program ini diharapkan dapat mendukung program pencapaian kemandirian industri dan alat kesehatan dengan teknologi menengah ke atas yang berbasis riset guna memenuhi kebutuhan nasional 2019 oleh Kemenkes," ujarnya.

Aulani mengatakan penggunaan Kit Diagnostik berbasis Enzyme Linked Inmmunosorbent Assay (ELISA) yang ada di pasaran merupakan produk impor dan berharga mahal, yakni sekitar Rp1,5 juta. Sedangkan Kit Diagnostik GAD65 buatan anak bangsa ini harganya hanya seperenamnya saja atau sekitar Rp250 ribu, sehingga lebih terjangkau.

Kit GAD65, katanya, juga dapat mengetahui keberadaan autoantibodi GAD65 sebagai marker spesifik penanda kerusakan sel beta pankreas dan dapat digunakan sebagai prediksi awal terjadinya DM yang bisa diketahui 10-15 tahun sebelum gejala klinis muncul.

Hanya saja, lanjutnya, produk ini sekarang masih bersifat "for research use only", sehingga baru bisa dilakukan di lanoratorium klinik dan rumah sakit tertentu.

Ia mengatakan penggunaan kit tersebut, menggunakan serum dari darah manusia yang harus diambil dengan bantuan dokter atau paramedis. Dalam pengujiannya hanya diperlukan 20 uL serum dan tidak membutuhkan alat-alat laboratorium khusus, sehingga Kit Diagnostig GAD65 dapat digunakan pada layanan kesehatan sederhana, yakni Puskesmas.

Alat tersebut, ujarnya, juga telah diujicobakan pada masyarakat dari berbagai ras, di antaranya Afrika (Madagaskar dan Libya), Asia (Taiwan, Malaysia, Arab, Indonesia) dgan berbagai ras dan suku.

"Dalam waktu dekat ini juga akan dilakukan produksi massal, yakni maksimal 5 juta buah atau minimal 1,2 buah untuk memenuhi kebutuhan Kementerian Kesehatan. Kami juga berharap produk ini dapat diterapkan secara nasional sebagai upaya 'screening' awal untuk mencegah terjadinya DM yang pengujiannya bisa dilakukan pada anak-anak SD," urainya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016