Banyuwangi (Antara Jatim) - Salah satu program yang kini digalakkan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, adalah kampung cerdas. Kampung cerdas digulirkan dengan tujuan untuk menggerakkan potensi desa dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi dan komunikasi.

Salah satun wilayah yang kini sudah bergerak dan layak disebut vkampung cerdas adalah Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glegah. Desa yang menjadikan kantor atau balai desa sebagai pusat kegiatan warga itu terletak di kaki Gunung Ijen.

Kepala Desa Kampung Anyar, Suwedi, mengatakan pihak bersama warga sangat antusias mewujudkan program pemerintah daerah, yakni Kampung Cerdas. Dengan program ini, pemerintah daerah memberi kepercayaan kepada desa untuk menjadi ujung tombak pelayanan publik lewat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi atau TIK. Lewat program ini juga memberikan perspektif baru bagi desa untuk maju lewat segenap potensi yang dimiliknya.

"Kami sangat bangga menjadi bagian dari kemajuan daerah yang dimulai dari desa. Menjadi Smart Kampung, mempengaruhi pola pikir kami. Jika sebelumnya sekadar melakukan administrasi tingkat desa, sekarang kami lebih semangat dalam melayani masyarakat dan menggali potensi yang ada agar warga desa semakin maju," katanya.

Untuk menyambut program Kampung Cerdas, berbagai perubahan telah dilakukan oleh Desa Kampung anyar. Mulai dari perubahan fisik kantor desa, inovasi program hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) desa.

"Pertama, kami membenahi bangunan fisik kantor desa. Dari yang sebelumnya tertutup menjadi kantor desa yang terbuka. Perubahan fisik ini penting karena ini akan menjadi pusat aktivitas masyarakat. Kami juga memasang perangkat TIK," ujar kepala desa yang yang di wilayahnya terdapat wisata air terjun Jagir dan perkebunan Kalibendo ini.

Selain perubahan fisik, pelayanan masyarakat juga dilakukan secara efektif dengan menggunakan layanan internet. Proses perizinan dan pengurusan akte kelahiran, misalnya, sudah bisa langsung diproses lewat kantor desa tanpa harus pergi ke kantor kecamatan atau kantor dinas terkait.

"Surat Pernyataaan Miskin yang biasanya memakan waktu enam hari, bisa kami pangkas dalam sehari saja. Kami menerapkan layanan one stop service. Semuanya diurus lewat satu pintu, dengan ruang pelayanan yang nyaman dan seorang resepsionis khusus," kata Suwedi.

Desa Kampung Anyar juga melakukan inovasi dalam pelayanan publik dan upaya pemberantasan kemiskinan, termasuk dalam menangani anak putus sekolah maupun kasus kekerasan pada anak.      "Melalui perdes (peraturan desa) kami membentuk Tim Sigap Mandiri Rukun Tetangga (TSM-RT) yang terdiri para anggota Linmas untuk memantau anak-anak putus sekolah maupun tindak kekerasan pada anak," ujarnya.

"Pak RT dan RW juga kami libatkan dalam realisasi UGD Kemiskinan. Mereka dilibatkan untuk memantau dan melaporkan setiap ada warga miskin yang sedang sakit atau membutuhkan keperluan layanan yang lain," tutur Suwedi.

Selain itu, kantor desa saat ini difungsikan sebagai pusat aktivitas warga. Dengan akses internet yang cepat, warga bisa mencari informasi maupun belajar di kantor desa.

"Tapi, menjelang Magrib sampai sehabis Isya, wi-fi kami matikan. Ini agar anak-anak tetap mengaji dan beribadah di masjid atau di rumahnya masing-masing," kata Suwedi.

Di kantor desa juga disiapkan perpustakaan yang representatif untuk memudahkan anak-anak mengakses bahan bacaan. Begitu pula pos kesehatan desa (poskesdes) juga telah memiliki bidan yang siaga untuk memberikan pelayanan. Pada malam-malam tertentu juga digelar acara kebudayaan dan kesenian di Kantor desa.

"Di sini ada tiga grup kuntulan, setiap minggu kami gilir untuk pentas. Kadang juga kesenian barong atau yang lainnya," ctutur Suwedi.

Perubahan yang dilakukan oleh Desa Kampung Anyar benar-benar dirasakan oleh warga setempat. "Ada perubahan nyata ketimbang sebelumnya. Tempat ini jadi lokasi yang nyaman bagi kami. Pelayanan baik, fasilitasnya juga bagus, anak-anak sekolah jadi ada kegiatan yang menyenangkan," ujar Riadi, salah satu warga Kampung Anyar.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan program Kampung Cerdas berbasis desa yang digagas oleh Pemkab setempat cukup efektif dalam menggerakkan ekonomi lokal, terutama warga desa.

"Instrumen TIK mampu mendorong kreativitas warga dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif," katanya.

Pihaknya memang sengaja mengusung program Kampung Cerdas, bukan Kota Cerdas, karena memang tantangan wilayahnya ada di kampung-kampung.

"Ada dua tantangan utamanya, yaitu infrastruktur, termasuk infrastruktur TIK yang masih minim dan kapasitas SDM yang perlu ditingkatkan. Hal ini berbeda dengan kota besar yang infrastruktur dan SDM-nya sudah sangat oke," ujar Anas.

Program Kampung Cerdas baru saja diluncurkan oleh Menkominfo Rudiantara pada Selasa (31/5). Di Banyuwangi telah ada 41 desa/kelurahan yang menjadi pilot project Kampung Cerdas dan saat ini sedang disiapkan untuk 176 desa lainnya.

Kampung Cerdas adalah program pengembangan desa terintegrasi yang memadukan antara penggunaan TIK berbasis serat optik, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta upaya pengentasan kemiskinan.

Anas menjelaskan bahwa terdapat tujuh kriteria sebuah desa dimasukkan dalam program Kampung Cerdas, yaitu pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi, pelayanan kesehatan, pengembangan pendidikan dan seni-budaya, peningkatan kapasitas SDM, integrasi pengentasan kemiskinan, dan melek informasi hukum.

Semua kriteria tersebut, katanya, diturunkan ke program yang menyentuh kepentingan publik. TIK dijadikan pendorong untuk menjalankan program sesuai dengan tujuh kriteria tersebut.

"Contohnya, UMKM di desa diberi pelatihan teknis yang nantinya pemasaran bisa berbasis online di situs belanja UMKM, yakni banyuwangi-mall.com. Smart Kampung juga menjadi instrumen untuk mempercepat inklusi keuangan alias membuat warga makin melek keuangan yang akan disinergikan dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ujarnya.

Anas menambahkan, kriteria pemberdayaan ekonomi dalam program Kampung Cerdas menjadikan balai desa sebagai pusat ekonomi produktif yang difasilitasi pelatihan dan pemasarannya oleh pemerintah daerah, seperti batik dan produk olahan pertanian.

"Tentu jenis produknya menyesuaikan potensi lokal masing-masing kampung," ujar dia.

Dengan Kampung Cerdas, Anas berharap warga tak lagi minder karena semua pelayanan berbasis desa bisa menjawab kebutuhan warga. Dengan program ini, warga kampung bisa semakin termotivasi untuk maju. Yang pelajar bisa mengakses internet untuk menambah wawasan, yang UMKM bisa browsing untuk tahu tren produk, yang bergerak di pertanian bisa akses berbagai problem dan solusi pertanian, dan sebagainya.

"Istilahnya, bolehlah kami tinggal di kampung, tapi dekat dengan dunia,” papar Anas.

Sementara Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM-PD) Pemkab Banyuwangi Suyanto Waspotondo menggarisbawahi perlunya kampung-kampung dialiri internet, bahkan harus yang berbasis serat optik. Oleh karena itu, tambahan alokasi dana desa (ADD) dari Pemkab Banyuwangi bakal dialokasikan untuk membeli bandwidth di desa-desa. Pembelian bandwidth itu diatur dalam APBDes masing-masing desa.

Menurut dia, hal itu juga bagian untuk menunjang pelayanan. Misalnya yang sudah jalan sejak lama adalah program Lahir Procot Pulang Bawa Akta Kelahiran. Asal disiapkan nama dan dokumen lengkap, begitu anak lahir, akta kelahiran bisa terbit.

"Biarkan berkasnya yang berjalan di kabel, bukan orangnya. Orangnya bisa hemat waktu, yang bisa digunakan untuk bekerja di sawah, mengolah buah, membuat batik, belajar bahasa, berkesenian, dan sebagainya. Sehingga, makin banyak warga produktif tanpa harus tersita untuk urusan administrasi,” kata Yayan, sapaan Suyanto.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berharap pengembangan dan penerapan teknologi infomasi di desa-desa di Banyuwangi dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.

"Saya akan minta untuk diduplikasi sebagai percontohan program nasional kami di desa-desa di seluruh Indonesia,” ujarnya pada peluncuran Kampung Cerdas di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (31/5).

Saaat itu Menkominfo meluncurkan Kampung Cerdas di Perkebunan Kalibendo, Kabupaten Banyuwangi.

Pada kesempatan itu Menkominfo mengapresiasi langkah Pemkab Banyuwangi dalam menjadikan TIK sebagai instrumen untuk meningkatkan pelayanan publik, menambah pengetahuan warga, dan menggerakkan perekonomian lokal.

"Biasanya yang peduli pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai bentuknya adalah pemerintah tingkat kota. Saya salut dengan Banyuwangi yang berupaya menggerakkan desa-desa di pelosok untuk memanfaatkan instrumen TIK untuk pelayanan publik, pengembangan SDM, sekaligus meningkatkan ekonomi," katanya.

Rudiantara menambahkan, pemerintah pusat berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan TIK di daerah-daerah, termasuk Banyuwangi. Karena dengan TIK seperti di Banyuwangi, katanya, warga dimudahkan.

"Ada banyak hal positif yang bisa dilakukan. Kampung Cerdas di Banyuwangi ini saya lihat sudah di atas rata-rata desa di Indonesia. Saya berharap ini dijadikan contoh di Indonesia," katanya.(*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016