Surabaya, (Antara Jatim) - Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo mengatakan anomali suhu permukaan laut yang lebih hangat dari normal telah memicu turunnya hujan di sejumlah tempat belakangan ini.

"Suhu permukaan perairan saat ini lebih hangat 1,5-2 derajat Celcius, sehingga berdampak atmosfer banyak mengandung uap air yang berpotensi menjadi hujan," katanya di Surabaya, Selasa, menanggapi terjadinya hujan di sejumlah wilayah di Jatim beberapa waktu terakhir ini.

Selain itu, katanya menambahkan, pola angin yang konvergen di wilayah Pulau Jawa  karena gangguan tekanan rendah di wilayah barat  Sumatera juga mempengaruhi kondisi cuaca saat ini.

Oleh karena itu, meskipun wilayah Jatim yang saat ini 30 persen di antaranya sudah memasuki musim kemarau, tapi terkadang masih diguyur hujan.  

Berdasarkan peta monitoring musim kemarau yang dilakukan jajaran BMKG sebanyak 30 persen wilayah Jatim telah masuk musim kemarau yang tersebar di daerah Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Probolinggo, Lumajang, sebagian Situbondo dan Banyuwangi serta selatan Pamekasan.

Lebih lanjut Eko berharap masyarakat mencermati fenomena alam jika Agustus, September dan Oktober benar-benar berpeluang terjadi La-Nina, maka berdasarkan kecenderungan yang terjadi di Jatim, periode basah di daerah ini akan semakin panjang.

Sementara itu, terkait dengan angin saat ini masih didominasi angin dari arah timur tenggara.

Kecepatan angin di perairan Laut Jawa sekitar 40 kilometer per jam dengan tinggi gelombang 1,5-2,5 meter, sedangkan di selatan jatim kecepatan angin lebih dari 55 kilometer per jam dengan tinggi gelombang lebih dari 4 meter. (*)

Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016