Jember (Antara Jatim) - Sebanyak tiga peserta berkebutuhan khusus atau difabel mengikuti ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 di Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, Selasa.
Salah seorang peserta difabel "low vision" SBMPTN Wahyu Nur Rohman mengaku sudah memiliki tekad bulat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri, meskipun memiliki keterbatasan fisik.
"Saya memang kesulitan dengan membaca soal ujian SBMPTN karena saya hanya bisa membaca dengan huruf yang agak timbul, sehingga meminta bantuan pengawas untuk membacakan soal-soal SBMPTN," tuturnya.
Siswa asal Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi itu menentukan pilihan pertama di Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang, Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang, dan pilihan ketiga Pendidikan Sejarah di Universitas Jember.
"Saya ingin menjadi guru, sehingga memilih program studi pendidikan di Universitas Negeri Malang dan Universitas Jember," tutur siswa SMA Negeri 1 Glagah, Kabupaten Banyuwangi itu.
Ia mengaku juga tidak bisa mengarsir lembar jawaban komputer karena keterbatasan yang dimiliki, sehingga pihak pengawas yang membantu untuk mengarsirkan jawaban sesuai dengan jawaban yang dipilih.
"Saya sempat ikut program Bidik Misi SNMPTN, namun belum lolos, sehingga saya ikut program Bidik Misi SBMPTN. Mudah-mudahan saya bisa mengerjakan soal SBMPTN dan lolos seleksi dengan pilihan universitas yang sudah saya pilih," katanya.
Data di Panitia lokal 58 Jember, terdapat tiga peserta yang mendaftar sebagai peserta difabel dalam SBMPTN Universitas Jember yakni tunadaksa, tunarungu, dan tunanetra atau "low vision", namun satu di antaranya tunadaksa tidak bisa berjalan karena mengalami kecelakaan, bukan karena cacat sejak lahir.
"Saya memang mendaftar sebagai peserta difabel tunadaksa karena saat mendaftar masih belum bisa berjalan akibat kecelakaan, sehingga harus menggunakan kruk untuk berjalan," kata salah seorang peserta yang mendaftar sebagai peserta difabel, Yoga Fulka Fahmi Huda.
Menurut dia, kecelakaan yang terjadi sebulan lalu mengharuskannya operasi karena mengalami patah tulang di paha hingga kaki, sehingga saat ini masih melakukan terapi untuk berjalan dan menggunakan alat bantu kruk.
"Saya bertekad untuk mengerjakan soal SBMPTN dengan baik karena keinginan saya untuk melanjutkan kuliah di Teknik Informatika Universitas Brawijaya di pilihan pertama dan pilihan kedua Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember," katanya.
Sementara Rektor Universitas Jember M. Hasan mengatakan pihaknya memberikan toleransi kepada peserta difabel untuk mengikuti ujian di ruangan khusus yang didampingi seorang pengawas, sehingga mereka bisa mengerjakan tes tulis SBMPTN.
"Mereka yang difabel disediakan ruangan khusus, yakni peserta tunanetra mengerjakan di ruang panitia SBMPTN di STIE Mandala Jember dengan dibantu seorang pengawas, sedangkan peserta tunadaksa mengerjakan di ruang perpustakaan Universitas Muhammadiyah, dan tunarungu di SMA Negeri 2 Jember," tuturnya.
Selain tiga difabel, seorang peserta bernama Dienfissa Bunga Qurhajah menggunakan kursi roda karena sakit, namun yang bersangkutan mengikuti ujian di ruangan bersama peserta lainnya di Universitas Muhammadiyah Jember.
Pantauan di lapangan, dari tiga peserta difabel, satu di antaranya yakni peserta tunarungu bernama Fitria Sari Dewi tidak hadir dalam mengikuti ujian Soshum di SMA Negeri 2 Jember.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016