Trenggalek (Antara Jatim) - Aktivis lingkungan di area konservasi penyu laut Taman Kili-kili, Trenggalek Jawa Timur mengkhawatirkan faktor alami regenerasi penyu dalam jangka panjang karena mayoritas telur penyu yang menetas secara alami menghasilkan tukik betina.
    
"Hampir 95 persen telur penyu yang menetas menghasilkan tukik berjenis kelamin betina. Sangat jarang yang lahir tukik jantan," kata penggiat konservasi penyu di Pantai Kili-Kili, Trenggalek Eko Margono di Trenggalek, Rabu.
    
Menurut Eko, kesimpulan itu mengacu hasil penangkaran penyu yang mereka lakukan di kawasan Pantai Kili-kili sejak pertengahan 2011.
    
Dari sekitar 1.000 telur yang disimpan di tempat penangkaran alami areal pesisir Pantai Kili-kili, misalnya, Eko menyebut dari 90-98 persen yang berhasil menetas hanya beberapa ekor tukik yang berjenis jantan.
    
"Bahkan tak jarang telor penyu semua menetas menjadi tukik betina," ujarnya.
    
Fakta genetis itu diakui Eko cukup mengkhawatirkan, terutama dalam upaya konservasi penyu yang dilakukan komunitas nelayan yang tergabung dalam kelompok pengawas masyarakat (pokwasmas) Pantai Kili-kili atau Taman Kili-kili.
    
Kendati setiap tahun mereka berhasil menangkarkan ribuan ekor tukik lalu melepasliarkan ke laut, kata dia, di masa mendatang penyu-penyu itu tidak bisa menghasilkan keturunan karena ketidakseimbangan jumlah penyu jantan dan betina.
    
"Telur penyu agar bisa menetas menjadi tukik jantan biasanya membutuhkan suhu lebih rendah dibanding telur yang menghasilkan tukik betina, yaitu di kisaran 31 derajat celcius dengan lama proses penetasan sekitar 60-61 hari," ujarnya.
    
Masalahnya, lanjut Eko, suhu tanah pasir di kawasan pesisir Pantai Kili-kili berkisar antara 34-36 derajat celcius dan menjadi temperatur ideal penetasan telur penyu menjadi tukik betina.
    
"Kami sudah mencoba menggunakan alat rekayasa semacam penetasan hasil rancangan tim periset dari Universitas Brawijaya Malang. Tapi ini masih uji coba dan belum optimal," kata Eko.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016