Tidak terbayangkan sebelumnya bagi pria berusia 40 tahun ini ditunjuk menjadi nakhoda kapal perang pertama ekspor PT PAL Indonesia ke Filipina.
     
Sebab, awalnya pria ini hanya membawa kapal besar niaga buatan luar negeri dan untuk kepentingan dagang.
      
Namun, ketika Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) memintanya untuk menakhodai kapal perang dalam ekspor perdana ke Filipina, kebanggaan itu muncul. Sebab secara garis keturunan, pria ini mempunyai darah pelaut, karena ayah dan ibunya tergabung dalam TNI AL.
     
Mempunyai nama lengkap Kurnia Setiawan Winardo, pria dengan sedikit uban dirambutnya itu mengawali kariernya sebagai pelaut saat kuliah mengambil jurusan kelautan di Universitas Hang Tuah, Surabaya, Jawa Timur.
     
Kurnia yang kini telah mempunyai dua putra itu ingin membuktikan kepada keluarganya jika embrio pelaut handal yang ada dalam "darah" ayah dan ibunya tidak akan terputus begitu saja, meski dirinya tidak menjadi TNI AL.
     
Ia bercerita, awalnya memang diminta oleh almarhum ayahnya masuk TNI AL, namun Kurnia lebih memilih jalan lain, tapi tetap tidak meninggalkan embrio pelaut handal yang bisa dibanggakan kedua orang tuanya.
     
Kemudian dengan kegigihan dan konsistensinya di bidang kelautan, Kurnia dapat lulus dengan hasil memuaskan.
      
Hasilnya, Kurnia kini bekerja menjadi nakhoda kapal, dan selalu ditunjuk membawa kapal berukuran besar mengarungi samudera, seperti kapal niaga dan kapal tanker.
     
"Keluarga saya adalah keluarga besar TNI AL dan agar tidak mengecewakan orang tua, saya memilih menjadi pelaut dengan kuliah mengambil jurusan kelautan," ucap pria yang tinggalnya di Surabaya itu.
     
Kurnia mengaku menjadi pelaut sejak tahun 2000, dan sudah menakhodai puluhan kapal, serta paling jauh berlayar ke Rusia, dan beberapa kali di negara Asia.
     
Kini, saat dirinya mengawali langkah membawa kapal perang ekspor perdana jenis "Strategic Sealift Vessel" (SSV) buatan anak bangsa, rasa bangga itu muncul, dan membuktikan bahwa dia mampu membawa kapal perang meski tidak masuk TNI AL.
     
"Selama saya membawa kapal, kapal perang buatan bangsa sendiri ini memiliki stabilitas yang bagus, sehingga saya mempunyai kebanggaan tersendiri," katanya.
     
Kurnia mengaku, andai kedua orang tuanya masih hidup dan menyaksikan dirinya membawa kapal perang yang merupakan ekspor perdana bangsa Indonesia, akan menambah kebanggaan dalam dirinya.

Teknologi Modern
     
"Kapal SSV Tarlac ini sangat bagus digunakan untuk bermanuver ke kiri dan ke kanan, dan tidak ada goncangan, lebih lembut mesinnya, karena teknologi yang digunakan sudah modern," ucap Kurnia mengapresiasi fungsi mesin kapal perang buatan PT PAL Indonesia itu.
      
Secara umum, kata Kurnia, komponen mesin kapal dan stabilisasinya sangat bagus, sebab beberapa kali digunakan manuver dengan kecepatan penuh tidak mengalami kendala.
     
Seperti saat kapal memasuki Selat Makassar, dengan kekuatan dan kecepatan penuh 16,3 knot, kapal tidak mengalami guncangan, bahkan cenderung berjalan stabil.
    
"Secara pribadi saya bangga, dan syukur-syukur ekspor kapal perang ini bisa berlanjut, sebab sebagai bangsa bahari, sumber daya manusia bangsa kita tidak hanya mampu mengendarai tapi juga sudah memproduksi," ucap Kurnia.
     
Ketangguhan mesin kapal SSV Tarlac juga diakui oleh nahkoda perwakilan dari Filipina Captain Francis Alexander R Jose yang ikut dalam rombongan mengantarkan kapal tersebut.
      
Jose setelah melakukan tes dan manuver dengan kecepatan maksimal mengaku tidak ada getaran atau guncangan yang dirasakan, dan kapal melaju dengan stabil.
     
"Bagus dan saya merasakan sendiri dengan memaksimalkan kecepatan yang dimiliki SSV Tarlac, terbukti tetap stabil," ucap Jose usai melakukan tes kecepatan maksimal di Selat Makasar.
     
General Manager Kapal Niaga, Satriyo Bintoro selaku pimpinan perjalanan ekspor perdana kapal perang dari Surabaya menuju Manila, Filipina mengakui mesin kapal perang SSV Tarlac memang dirancang dengan teknologi modern atau terbaru.
     
Sehingga, semua pelaut atau nahkoda kapal akan merasa mudah, karena sistem yang ada dalam kapal semuanya terintegrasi dengan lokasi nahkoda. 
     
"Produk kapal dari PT PAL Indonesia memang diakui mempunyai kualitas bagus di dunia pelayaran, bahkan beberapa negara juga mengakui ketangguhan mesin produk kita," katanya.
     
Namun demikian, kata Bintoro, dalam eskpor perdana ini PT PAL Indonesia ingin memberi nilai tambah kepada konsumen, yakni ketepatan waktu pengiriman kapal.
     
Diakui Bintoro, selama ini yang menjadi kendala klasik dalam pembuatan kapal oleh PT PAL Indonesia adalah ketepatan waktu.
     
"Oleh karena itu, SSV Tarlac pesanan Filipina ini merupakan kapal pertama yang dikerjakan secara cepat dan tepat dengan waktu perjanjian pemesan," ucapnya.
     
Ini, kata Bintoro, sebagai bukti kepada dunia bahwa Indonesia mampu menyelesaikan pengerjaan pembuatan kapal secara tepat waktu.
     
"Saya sangat bangga sekali, sebab selain kualitas yang sudah diakui, kita sebagai bangsa Indonesia mampu mengerjakan kapal pesanan luar negeri secara tepat waktu," katanya.
      
Sebelumnya, kapal Tarlac pesanan Filipina dibuat dari pengembangan kapal pengangkut jenis Landing Platform Dock (LPD) atau kapal perang pendukung, dan dalam kontraknya harus terkirim ke Filipina pada tanggal 13 Mei 2016, atau dua tahun dari kontak awal yakni 13 Mei 2014.
      
"Negara pemesan sebenarnya masih memberikan tenggat waktu hingga dua bulan ke depan untuk dilakukan penyempurnaan, namun tidak kita manfaatkan tenggat waktu itu, sebab kita ingin konsisten dengan perjanjian awal, dan sebagai bukti bahwa bangsa Indonesia mampu memenuhi janji," ucap Bintoro.
      
Bintoro berharap setelah ketepatan waktu yang sudah bisa dicapai Jumat (13/5), akan menjadi nilai tambah, selain kualitas barang yang sudah dipercaya, untuk persaingan produk di dunia perkapalan internasional.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016