Sepekan ini, publik Tanah Air memperingati setahun dibekukannya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh Pemerintah.

Tepat 17 April 2015, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi meneken sekaligus menerbitkan SK bernomor 01307 yang membekukan PSSI hasil Kongres Surabaya yang saat itu terpilih sebagai ketua umum adalah La Nyalla Mattalitti.

Dampak pembekuan tersebut, roda organisasi PSSI menjadi mandek, kompetisi tidak bergulir, hingga akhirnya berujung sanksi FIFA.

Indonesia semakin terkucil dari persepakbolaan internasional karena tidak dapat mengikuti even-even yang seharusnya menjadi kalender PSSI.

Semula, tidak sedikit yang berharap momentum tersebut menjadi reformasi dan titik balik tata kelola sepak bola Indonesia. Namun, sampai kini belum dirasakan perubahannya.

Bahkan, prediksi berbalik 180 derajat. Kompetisi yang sepertinya bergulir dan nyanyian suporter bergemuruh setiap sore, malah nyaris tak terdengar.

Kompetisi mati suri. Yang ada, hanyalah turnamen-turnamen jangka pendek. Itu pun tak semua pemain bisa ikut dalam turnamen. Cuma pemain bermain di pentas Liga Super Indonesia yang tampil di turnamen.

Sisanya? Banyak dari mereka yang berjuang hidup dengan ikut ke turnamen antarkampung (tarkam), ada juga yang alih profesi sebagai pemain futsal, pengusaha, atau semacamnya. Yang sedikit beruntung, mereka yang dikontrak sebagai bintang iklan.

Di tengah waktu pembekuan, Menpora mengambil peran. Pada 8 Mei 2015, diumumkannya Tim Transisi sebagai lembaga yang melanjutkan tugas-tugas keorganisasian PSSI, dengan posisi ketua diisi mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto.

Tapi pada 30 Mei, FIFA resmi menjatuhkan sanksi yang mengakibatkan Indonesia kehilangan hak di pentas internasional, namun masih mengizinkan timnas Indonesia berlaga dalam SEA Games 2015 di Singapura.

Persiapan kualifikasi Piala Dunia Timnas senior pun berimbas buruk karena dibatalkan akibat sanksi FIFA. Timnas U-16 dan U-19 besutan Fachri Husaini juga dibubarkan.

Sebagai jalan tengah, berbagai turnamen digelar, dimulai pada 15 Agustus 2015 adalah Piala Kemerdekaan yang digelar oleh Tim Transisi PSSI dengan 25 klub Divisi Utama sebagai peserta. Hasilnya, PSMS Medan menjadi juara.

Mahaka Sports and Entertainment di bawah Tim Transisi PSSI tak mau ketinggalan dengan menggelar turnamen Piala Presiden dengan peserta 14 klub eks-Indonesia Super League (ISL) dan dua klub divisi utama yang kick off per 31 Agustus 2015. Persib Bandung juaranya.

10 November 2015, giliran Piala Jenderal Sudirman dibuka di Stadion Kanjuruhan Malang yang dibidani oleh keluarga besar TNI, dengan 15 klub eks Indonesia Super League (ISL) sebagai peserta. Mitra Kukar keluar sebagai juara

Februari 2016, Piala Gubernur Kalimantan Timur juga digelar dengan mengikutsertakan 11 klub eks ISL dan Tim PON Kalimantan Timur sebagai peserta. Pusamania Borneo FC juaranya.

Berikutnya, 17 Maret 2016, Presiden RI Joko Widodo Membuka Piala Bhayangkara di Stadion Si Jalak Harupat Bandung yang diikuti 10 klub eks ISL. Arema Cronus di posisi teratas.

Sebulan berselang, PT Gelora Trisula Semesta resmi meluncurkan kompetisi independen di tengah carut marut sepak bola Indonesia berupa "Torabika Soccer Championship 2016".

Sebanyak 18 klub ISL akan bersaing di 306 pertandingan yang akan dilangsungkan pada April hingga Desember 2016.

Selain itu, juga akan ada serangkaian kompetisi lain yang juga digelar bersamaan, yaitu Divisi Utama, Liga Nusantara (kompetisi amatir), serta juga kompetisi kelompok umur seperti ISC U-21 dan Piala Soeratin U-17.

Kompetisi ini telah mendapatkan izin dari Polri, termasuk rekomendasi langsung dari Presiden yang dijadwalkan membuka "kick off" di Stadion Mandala, Jayapura pada 29 April 2016.

Lantas, apakah kompetisi ini mendapat pengakuan FIFA yang belum mencabut sanksi bagi sepak bola Indonesia? Semoga ada.

Apakah konflik PSSI vs Kemenpora tidak mengganggu kompetisi ini? Ada jaminan untuk itu? Semoga ada.

Tepat setahun SK pembekuan oleh Menpora, ada "kado" untuk PSSI, tapi apakah istimewa atau tidak? Semoga...!!! (*)

(fiqiharfani@gmail.com)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016