Mojokerto, (Antara Jatim) - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Watch Jatim, mencanangkan keberadaan Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) sebagai garda terdepan benteng pertama kesehatan masyarakat.

Koordinator Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Jawa Timur Jamaludin Minggu, mengatakan, selama ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan BPJS kesehatan, dengan tanda kepesertaan Kartu Indonesia Sehat (KIS) pendekatan utamanya adalah, sisi hilir layanan kesehatan yaitu kuratif  menangani perawatan, dan pengobatan terhadap peserta yang mengalami sakit.

"Masih buruknya sistem pelayanan kesehatan di puskesmas/klinik dan rumah sakit menyebabkan angka kesakitan masyarakat dan tingkat kematian akibat penyakit masih tinggi," katanya dalam siaran pers.

Ia mengemukakan, BPJS kesehatan yang baru dua tahun beroperasi keuangannya langsung jebol karena besarnya tagihan membayar klaim ke rumah sakit dan puskesmas sehingga mengalami defisit sekitar Rp6 triliun pada tahun 2015 dan diproyeksikan Rp8 triliun pada 2016 ini. 

"Secara kuratif dengan kuantitas peserta BPJS Kesehatan saat ini di Jatim yang sudah mencapai 21 Juta maka sistem pelayanan harus secara progresif ditingkatkan dengan merevitalisasi puskesmas dan rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dan rujukan. Namun, hal tersebut bukan solusi mendasar dan mendesak," katanya.

Menurutnya, penyakit harus dicegah dan direduksi sejak awal di tingkat hulu dengan pendekatan utama promotif dan preventif melalui promosi kesehatan dengan membudayakan hidup sehat dan pencegahan serta perlindungan kesehatan. 

"Di Jawa Timur untuk mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat secara langsung sekaligus untuk membudayakan program promotif preventif telah dibentuk Ponkesdes mulai tahun 2011 yang merupakan inovasi kesehatan yang dirintis oleh GubernurJawa Timur Soekarwo," katanya.

Ketika memasuki era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kata dia, BPJS Kesehatan tahun 2014 hingga sekarang Ponkesdes belum terkoneksi dengan BPJS Kesehatan secara struktural fasilitas kesehatan maupun secara program sehinggaperanan strategisnya menjadi tidak optimal.

"Relawan BPJS Watch Jawa Timur menginisiasi Gerakan Desa Sehat dengan mengkolaborasikan Ponkesdes dengan program BPJS Kesehatan yang bertujuan memperkuat Ponkesdes. Sehingga, Ponkesdes berperan signifikan sebagai ujung tombak garda terdepan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat secara promotif dan preventif, serta banteng pertama untuk mengatasi angka kematian ibu dan bayi," katanya.

Oleh sebab itu, lanjut dia, BPJS Watch Jatim menjadikan Ponkesdes "Lavender" Desa Bandung, Kabupaten Mojokerto menjadi percontohan Gerakan Desa Sehat Jawa Timur. 

"Ponkesdes  ini didukung oleh tenaga kesehatan dokter,bidan dan perawat serta kader PKK,  posyandu, lansia, PLKB dan jumantik (juru pemantau jentik)  hingga relawan BPJS Watch," katanya.

BPJS Watch Jatim, kata dia, berharap Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun pemerintah kabupaten/kota serta BPJSKesehatan lebih memperhatikan dan terus memperkuat keberadaan Pondok KesehatanDesa (Ponkesdes) di Jawa Timur.

"Sehingga pembangunan kesehatan semakin meningkatdan rakyat Jawa Timur semakin sehat dengan mengarusutamakan pendekatan promotif dan preventif  dalam kebijakan kesehatan," katanya.(*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016