Tulungagung  (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengimbau masyarakat untuk siaga mengantisipasi potensi curah hujan tinggi disertai petir selama periode April-Mei, karena berisiko menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor.
    
"Ada potensi hujan disertai petir di seluruh wilayah Tulungagung sebagaimana konfirmasi ramalan cuaca BMKG yang diterima BPBD. Kami berharap semua tetap waspada," kata Kepala BPBD Tulungagung Soeroto di Tulungagung, Kamis.
    
Berdasar data yang diunduh tim BPBD dari situs resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kata Soeroto, curah hujan selama April hingga pertengahan Mei diprediksi masih mencapai 12 milimeter per detik.
    
Sementara potensi petir diperkirakan masih ada sekitar 60 persen, katanya.
    
"Intensitas hujan ini bisa memicu banjir bandang susulan ataupun longsor di beberapa titik rawan," ujarnya.
    
Mengantisipasi kerawanan tersebut, lanjut dia, BPBD Tulungagung saat ini intensif melakukan koordinasi dengan dinas terkait, termasuk dinas pengairan dalam melakukan sinergi pencegahan banjir bandang susulan.
    
Pantauan koresponden Antara, selama tiga hari terakhir sebagian masyarakat Tulungagung, khususnya di sekitar wilayah kota dan beberapa daerah pinggiran mengeluhkan banjir bandang yang menggenangi sejumlah perkampungan dan areal persawahan penduduk setempat.
    
"Selain banjir, ada beberapa daerah yang berisiko terdampak angin puting beliung seperti sudah terjadi di Desa Bono, Kecamatan Boyolangu beberapa waktu lalu," kata Sulistyani, staf BPBD Tulungagung.
    
Soeroto mengakui banjir di Tulungagung sulit diatasi untuk saat ini. Alasannya, kata dia, beberapa wilayah atau kawasan pemukiman memiliki dataran yang lebih rendah atau setara dengan permukaan sungai.
    
Akibatnya, kata dia, saat turun hujan deras permukaan sungai meluap. Selokan dan saluran air di wilayah perkotaan tidak bisa menampung air karena lokasi tanah yang cenderung menyerupai kantong atau membentuk cekungan dalam skala luas.
    
"Itu sebabnya konstruksi rumah-rumah baru cenderung dibangun dengan lantai lebih tinggi. Bangunan lama yang biasanya terdampak paling parah banjir kemarin," kata Soeroto.
    
Ia berharap, suatu saat pemerintah daerah bekerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas memiliki skenario yang jelas dan lebih terarah dalam membangun jaringan saluran (sungai) pembuangan air banjir di perkotaan dan sekitarnya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016