Situbondo (Antara Jatim) - Kelompok Pembudidaya Ikan Kerapu di Situbondo, Jawa Timur, mulai mengeluhkan harga ikan kerapu yang sejak dua bulan terakhir terus menurun drastis hingga 30 persen.

"Yang jelas bagi pembudidaya ikan kerapu di Situbondo, dampaknya sudah dirasakan setelah Menteri Kelautan melarang kapal asing masuk, seperti kapal dari Hong Kong yang biasa membeli hasil budi daya di sini," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupatena Situbondo Eko Prayogi di Situbondo, Jumat.

Menurut Eko, jika sebelumnya harga ikan kerapu jenis cantang Rp100.000 per kilogram, saat ini turun menjadi Rp70.000 per kilogram, sedangkan ikan kerapu jenis batik atau cantik saat ini harganya turun menjadi Rp120.000 per kilogram, padahal harga sebelumnya Rp150.000 per kilogram.

"Kelompok budidaya ikan kerapu di Situbondo biasanya kalau sudah panen dijual kepada pengepul dari Bali maupun Surabaya. Karena sekarang sudah tidak ada kapal asing masuk ke Indonesia, ya harga ikan kerapu turun menjadi harga lokal, karena pengepul katanya tidak bisa jual ke luar negeri," tuturnya.

Tidak hanya terjadi penurun harga, kata Eko, akibat larangan kapal asing masuk Indonesia juga berdampak pada ekonomi bagi pembudidaya ikan kerapu di Kota Santri itu.

"Di Situbondo ada tiga titik laut yang dimanfaatkan sebagai tempat untuk membudidayakan ikan kerapu, yakni di Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Desa Gellung, Kecamatan Panarukan, dan Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih," ujarnya.

Sejumlah kelompok petani ikan kerapu, lanjut dia, berharap pada pemerintah untuk tidak hanya membuat peraturan yang nantinya berdampak negatif pada pembudidaya ikan kerapu di Situbondo khususnya. Karena dengan adanya larangan kapal asing masuk Indonesia kini harga ikan kerapu terus merosot.

"Sekarang ikan kerapu harganya masuk lokal, bukan ekspor lagi, pengepul juga tidak mau membeli seperti harga sebelumnya. Ikan kerapu di sini sekarang hanya dikonsumsi lokal," katanya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016