Jakarta, (Antara) - Pemerintah dan masyarakat Taiwan diimbau tidak resah dan tidak panik dalam menyikapi isu adanya tenaga kerja Indonesia yang bergabung dengan kelompok garis keras ISIS.

"Pemerintah dan masyarakat Taiwan tidak perlu panik menyikapi hal itu," kata Direktur Global Worker Organisation (GWO) Taiwan Karen Hsu dalam keterang tertulisnya yang dikirimkan kepada Antara di Jakarta, Minggu.

Lembaga nonpemerintahan yang berkantor pusat di Taipei itu menyatakan bahwa sebagian besar TKI di Taiwan menaati semua peraturan yang berlaku, termasuk patuh terhadap majikan yang mempekerjakan mereka.

"Oleh sebab itu, jangan sampai masyarakat Taiwan memberikan label terhadap TKI agar tidak terulang kasus Mc Carthy di Amerika Serikat atas pelanggaran hak asasi manusia dan diskriminatif," ujarnya.

Karen juga menilai kegiatan yang digelar sejumlah majelis taklim di bawah naungan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Taiwan setiap akhir pekan di kawasan Taipei Main Station (TMS) sangat positif sehingga layak diapresiasi oleh masyarakat dan pemerintah Taiwan.

"Kegiatan itu selain mengobati kerinduan TKI akan pengajian di kampung halaman juga bisa membentengi mereka dari pengaruh-pengaruh radikalisme sekaligus menghindarkan mereka dari perekrutan yang dilakukan oleh ISIS," ujarnya.

Menurut data GWO, jumlah pekerja asing asal Asia Tenggara di Taiwan telah mencapai 580.000 jiwa. Indonesia menduduki jumlah terbanyak dengan 230.000 jiwa.

"Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia, sedangkan Taiwan telah menjadi tujuan utama kedua bagi pekerja migran Indonesia," kata Karen.(*)

Pewarta: M. Irfan Ilmie

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016