Surabaya (Antara Jatim) - Koleksi satwa Ankole-Watusi atau dikenal sebagai Banteng Afrika di Kebun Binatang Surabaya (KBS) bertambah setelah sepasang satwa itu melahirkan bayi betina dengan berat badan sekitar 25 kilogram.
    
Dokter hewan KBS Drh Irmanu Ommy mengatakan bayi watusi yang lahir pada Kamis (3/3) memiliki bobot di atas normal yaitu 25 kilogram. Padahal,  untuk bayi watusi normal hanya berkisar 13-23 kilogram saja.
    
"Namun, bayi watusi itu masih tampak lemah dan belum bisa berdiri tegak dengan empat kakinya. Sang induk pun tampak sangat protektif melindungi bayinya," katanya.
    
Ia mengatakan saat baru lahir, bayi watusi mencoba berdiri tapi karena tanahnya berlumpur sehingga terjatuh sehingga kakinya terkilir.  "Sampai sekarang belum bisa berdiri, makanya kami memberi balutan untuk menguatkan tendon kakinya," katanya.  
    
Menurut dia, balutan ini akan dilepas dua hari ke depan sampai bayi watusi bisa berdiri. Selain itu, lantaran belum bisa berdiri,  bayi yang dilahirkan melalui persalinan normal itu juga masih belum bisa minum susu dari sang induk.       
Untuk itu, kata dia, pihak KBS harus memberikan air susu formula untuk memberikan asupan pada bayi watusi tersebut. Susu yang diberikan sebanyak 140 cc setiap dua jam sekali.
    
Terkait berat badan yang cukup besar, Ommy menyebutkan hal ini terjadi karena selama ini watusi diberi asupan makanan yang sangat baik. "Makanannya sangat bagus. Rumput yang diberikan kualitas super.  Begitu juga dengan wortelnya bagus.  Mungkin itu juga yang jadi pengaruh kenapa berat badan bayinya besar sekali," ujarnya.
    
Sebagaimana sapi, lanjut dia, proses mengandung watusi terjadi selama sembilan bulan.  Berbeda dengan satwa lain seperti gajah yang proses mengandungnya bisa sampai 24 bulan.
    
Selama mengandung,  induk watusi dikatakan Ommy dalam kondisi yang sangat sehat.  Kelahiran bayi betina ini merupakan anakan yang kedua setelah sekitar empat tahun yang lalu juga melahirkan bayi jantan.
    
"Begitu ada tanda tanda akan melahirkan,  kami dari KBS juga langsung memasangkan pembatas kandang. Bayi dan induk betina kami pisahkan dengan induk jantan dan juga watusi jantan saudaranya," kata Ommy.
    
Ia mengatakan pembatas itu dibangun dengan bambu membagi dua kandang yang lokasinya tepat di samping kandang onta tersebut.  Menurutnya bayi tersebut memang harus dipisah agar tidak diganggu oleh induk watusi jantan.
    
Total saat ini koleksi watusi di KBS ada sebanyak tiga ekor.  Dua jantan dan satu betina.  Dengan lahirnya satu betina rabu lalu, menjadikan jumlah watusi di KBS ada sebanyak empat ekor.
    
"Hewan ini termasuk yang dilindungi, ciri khasnya adalah tanduk yang bisa sampai dua meter. Tapi bukan termasuk hewan langka," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016