Milan, (Antara/AFP) - Para pendukung Napoli berpawai pada Kamis untuk mendukung bek "pejuang" asal Senegal Kalidou Koulibaly, setelah ia menjadi pesepak bola kulit hitam terkini yang dihina dengan tiruan suara kera pada pertandingan Liga Italia.

Ketika Lazio menghadapi sanksi-sanksi terkait tindakan para penggemar mereka pada Rabu malam -- yang membuat pertandingan harus dihentikan selama tiga menit -- para penggemar Napoli berbaris menuju lapangan latihan klub di Castelvolturno dengan mengusung spanduk "Banggalah dengan warna kulitmu Koulibaly. Anda merupakan pejuang sejati."

Koulibaly juga mendapat dukungan dari penggemar Lazio Keita Balde, juga merupakan pemain internasional Senegal, yang mencuit melalui Twitter, "Pertandingan ini bermakna lebih banyak dari sekedar hitam dan putih. Begitu besar kekaguman kepada Anda, teman saya!"

Bagaimanapun, Italia memiliki masalah besar terkait rasisme yang membuat liga mereka menjadi liga dengan nama buruk di Eropa.

Setelah kemenangan 2-0 di Stadio Olimpico, melalui gol Gonzalo Higuain dan Jose Callejon, pelatih Napoli Maurizio Sarri memuji pelatih Massimiliano Irrati yang bertindak untuk menghentikan pertandingan selama tiga menit di babak kedua karena yel-yel yang dinyanyikan sebagian kecil pendukung Lazio.

Sarri menyebut yel-yel itu sebagai "hal yang memalukan," namun pelatih Lazio Stefano Pioli tidak setuju.

"Tentu saja, yel-yel itu tidak bagus, orang-orang perlu bertindak sopan dan memperlihatkan respek," kata Pioli.

"Namun saya tidak berpikir bahwa mereka rasis secara alami, bahkan kami memiliki pemain-pemain berkulit hitam. Saya tidak berusaha untuk memberi dalih atas apa yang terjadi, namun kita memberikan terlalu banyak kepentingan kepada minoritas."

Bagaimanapun, insiden ini tidak terisolasi, di olahraga dan kehidupan politik Italia.
      
Berakar dalam
Carlo Tavecchio, presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) merupakan satu kasus nyata.

Pada Juli 2014, Tavecchio, yang saat itu merupakan presiden liga-liga amatir Italia, memicu kemarahan dengan komentar-komentar yang membandingkan rekrutmen pemain berkulit hitam di Inggris dan Italia.

"Di sini... Mari sebut saja (pemain fiksi) Opti Poba, yang datang kemari, yang sebelumnya makan pisang dan sekarang merupakan pemain tim pertama untuk Lazio -- di Inggris ia harus mendemonstrasikan CV dan asal-muasalnya," kata Tavecchio.

Komentar-komentar itu membuat Tavecchio mendapat skors enam bulan dari badan sepak bola Eropa UEFA. Bagaimanapun, ia masih terpilih untuk posisi terkuat pada sepak bola Italia.

Pada 2013, FIFA memberi ucapan selamat kepada penyerang AC Milan Kevin-Prince Boateng setelah ia meninggalkan lapangan pada pertandingan persahabatan melawan tim dari liga rendah Pro Patria, setelah ia dan sejumlah pemain berkulit hitam lainnya menjadi target ejekan berupa tiruan suara kera.

Sampai sekarang, badan sepak bola dunia hanya memiliki sedikit kekuatan untuk mengubah budaya dalam satu negara.

Arrigo Sacchi merupakan legenda sepak bola setelah ia memimpin AC Milan meraih gelar Eropa dua kali secara beruntun pada 1989 dan 1990.

Ia masih menjadi pengamat yang disegani di Liga Italia, meski komentar-komentarnya pada tahun lalu menyebutkan "terlalu banyak pemain berkulit hitam" pada kejuaraan junior yang terkenal di Viareggio.

"Italia tidak memiliki martabat, tidak ada harga diri. Tidak mustahil bagi tim-tim kami untuk memiliki 15 pemain asing dalam skuadnya," kata Sacchi.

Komentar-komentar Sacchi berbanding lurus dengan apa yang menimpa Cecile Kyenge -- yang lahir di Kongo -- setelah ia ditunjuk sebagai menteri integrasi -- menteri pemerintahan berkulit hitam pertama di Italia -- pada 2014.

Anggota senat Roberto Calderoli mengatakan perempuan itu mengingatkannya terhadap orangutan.

Calderoli merupakan mantan menteri era Silvio Berlusconi, sosok yang dua kali menjabat sebagai perdana menteri dan pemilik juara Eropa tujuh kali AC Milan, yang pernah bergurau bahwa presiden AS Barrack Obama memiliki kulit berwarna sawo matang matahari.

Masalah-masalah rasisme di Italia bukan hanya terjadi di sepak bola, dan para korban telah berusaha untuk melupakannya dengan memalingkan muka.

Pada Rabu, Koulibaly merespon kejadian yang menimpanya dengan memberikan kaus Napolinya kepada seorang penggemar Lazio yang berusia muda pada akhir pertandingan, kemudian menuliskan pesan pada akun Instagramnya.

"Saya ingin berterima kasih untuk semua orang atas pesan-pesan positif yang dikirimkan kepada saya, termasuk para pemain Lazio, namun di atas semuanya kepada wasit Irrati untuk keberaniannya dalam mengambil tindakan."(*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016