Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah produk kreatif asal Surabaya diperkenalkan kepada 15 wisatawan yang tergabung dalam Tourism Promotion Organization for Asia Pasifik
Cities (TPO) saat mereka berkunjung ke kota ini selama 14 hari.


"Hari ini dan besok seluruh acara akan dipusatkan di Balai Pemuda
mulai dari membuat kuliner khas hingga membuat kerajinan anyaman yang
terbuat dari eceng gondok," kata Kepala Bidang Objek dan Promosi Dinas
Budaya dan Pariwisata Kota Surabaya Ida Widayati saat mendampingi para
tamu yang berasal dari empat negara di ASEAN, di Kompleks Balai Pemuda,
Selasa.


Menurut dia, mereka berkunjung ke Surabaya untuk belajar tentang
bahasa Indonesia dan budaya yang terdapat di Kota Pahlawan. Selama 14
hari mereka akan mengunjungi berbagai lokasi wisata seperti kawasan
sejarah, pasar rakyat, sentra UKM, hingga kampung Gundih yang
keramahannya mendunia.


Memasuki hari ketiga, lanjut dia, pukul 09.00 WIB, para wisatawan
ini berada di Rumah Bahasa yang ada di Balai Budaya, kompleks Balai
Pemuda untuk memperdalam bahasa Indonesia.


"Ini kali ke dua mereka belajar bahasa Indonesia di Rumah bahasa,
setidaknya ada enam kali lagi pertemuan dengan mentor untuk belajar
bahasa Indonesia," katanya.


Ida menambahkan mayoritas para wisatawan ini berlatar belakang
mahasiswa, dengan usia 19 hingga 22 tahun. Berasal dari negara Korea
Selatan, Malaysia, Jepang dan Tiongkok.


Tujuanya mereka adalah untuk memahami bahasa Indonesia dan budaya
yang ada di Surabaya. Meskipun mayoritas partispan adalah anak muda,
Jumnam (53) asal Korea Selatan menjadi peserta tur paling tua, juga
merupakan salah satu peserta yang paling semangat dibandingkan peserta
lainnya.


Pada Senin (18/1) malam, para tamu ini diterima oleh Penjabat (Pj)
Wali Kota Surabaya Nurwiyatno di kediaman wali kota. Pada kesempatan itu
para tamu menikmati kuliner Surabaya seperti rawon dan soto, beberapa
dari mereka bahkan bisa menghabiskan dua hingga tiga mangkok makan.


"Ini bukti bahwa kebudayaan Surabaya berupa kuliner ternyata bisa dinikmati oleh masyarakat dari negara lain," katanya.


Tak hanya belajar bahasa Indonesia, kata dia, para partisipan ini
juga diajarkan untuk membuat kuliner Surabaya berupa Klepon. Kudapan
ringan yang dibuat dari tepung beras dan berisikan gula merah ternyata
tidak asing bagi ChaenYeon Kim (20), partisipan yang berasal dari Korea
Selatan ini. Ia merasa klepon yang ia buat mirip Dduk/ Tteok (Kue Beras
ala Korea Selatan). Nantinya, setelah kembali ke Korea Selatan, ia
berencana membuat klepon bagi keluarganya.


JaeDong Cho selaku chef of South Asia TPO menyebutkan, organisasi
yang berpusat di Busan, Korea Selatan ini memilih enam kota dari lima
negara, yakni Indonesia, Vietnam, Rusia, Tiongkok, dan Jepang. Surabaya
merupakan kota pertama di Indonesia sebagai tuan rumah TPO. Selama
dilakukan survei, Surabaya dinilai paling banyak ragam dan lokasi
wisatanya.


"Saya ingin para anggota TPO bisa mengeksplorasi Indonesia, dan hal
tersebut dimulai dari Surabaya. Surabaya semua penduduknya ramah,
secara fisik penduduk di Surabaya tidak jauh berbeda dengan para anggota
TPO, jadi ketika kami memasuki perkampungan para warga tidak merasa
asing dan yang terpenting selalu menebar senyum kepada kami," katanya.
(*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016