Aden, Yaman (Antara/OANA-WAM) - Lebih dari 10.000 orang di Yaman, yang sebagian besar adalah anak muda, wartawan, pegiat media sosial, dan "blogger", ditahan dan diculik oleh milisi Houthi, menurut lembaga Pusat Kajian Arab untuk Hak Asasi Manusia dan Anti-Terorisme (ACHA).
"Para pemuda ditangkap hampir setiap hari dan jumlah yang ditangkap di Ibu Kota Sanaa saja berkisar antara 100 sampai 200 orang per hari," kata ACHA dalam pernyataannya yang disiarkan WAM, Kantor Berita Uni Emirat Arab, yang dipantau Antara di Jakarta melalui OANA, Senin.
Para narapidana saat ini berdesak-desakan dengan para tawanan pindahan setelah menghabiskan tujuh hingga sepuluh hari di kantor kepolisian.
Sebagian dari tawanan milisi Houthi tersebut dikirimkan ke penjara tahanan politik.
"Milisi Houthi menyiksa secara kejam sebagian besar tahanan dan memeriksa serta meyita telepon seluler, serta menggunakannya untuk melakukan aksi yang melanggar seluruh hukum dan peraturan lokal dan internasional. Mereka secara sengaja mengabaikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan," demikian pernyataan tertulis ACHA.
Para milisi meminta uang tebusan senilai antara 500 hingga 3.000 dolar AS untuk membebaskan beberapa tawanan.
Bagi mereka yang menolak membayar uang tebusan akan dikirimkan ke penjara yang lebih terkenal kekejamannya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Para pemuda ditangkap hampir setiap hari dan jumlah yang ditangkap di Ibu Kota Sanaa saja berkisar antara 100 sampai 200 orang per hari," kata ACHA dalam pernyataannya yang disiarkan WAM, Kantor Berita Uni Emirat Arab, yang dipantau Antara di Jakarta melalui OANA, Senin.
Para narapidana saat ini berdesak-desakan dengan para tawanan pindahan setelah menghabiskan tujuh hingga sepuluh hari di kantor kepolisian.
Sebagian dari tawanan milisi Houthi tersebut dikirimkan ke penjara tahanan politik.
"Milisi Houthi menyiksa secara kejam sebagian besar tahanan dan memeriksa serta meyita telepon seluler, serta menggunakannya untuk melakukan aksi yang melanggar seluruh hukum dan peraturan lokal dan internasional. Mereka secara sengaja mengabaikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan," demikian pernyataan tertulis ACHA.
Para milisi meminta uang tebusan senilai antara 500 hingga 3.000 dolar AS untuk membebaskan beberapa tawanan.
Bagi mereka yang menolak membayar uang tebusan akan dikirimkan ke penjara yang lebih terkenal kekejamannya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016