Dalam beberapa hari terakhir, santer diberitakan rencana Lapindo Brantas Inc. berencana melakukan pengeboran di Desa Kedung Banteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Sontak saja, rencana kegiatan pengeboran tersebut mendapatkan tentangan dari berbagai macam pihak, terutama dari warga masyarakat. Hal itu wajar, karena tidak jauh dari lokasi rencana pengeboran gas, terdapat semburan lumpur Lapindo yang sampai saat ini masih mengeluarkan material lumpur panas.

Sembilan tahun sudah warga yang berada di dalam peta terdampak harus merasakan pahit getirnya kehilangan rumah dan lahan mereka akibat semburan lumpur panas. Belum lagi, ribuan warga dari tiga kecamatan masih harus menunggu proses pencairan ganti rugi dari pemerintah.

Berkaca dari kondisi seperti inilah yang membuat warga di Kedungbanteng, Tanggulangin Sidoarjo seakan antipati terhadap rencana pengeboran sumur gas yang akan dilakukan oleh Lapindo. Bahkan, pada saat Lapindo masih melakukan pemadatan tanah sebagai bagian dari tahapan rencana pengeboran sudah mendapatkan perlawanan dari masyarakat.

Kondisi ini membuat, petugas keamanan Polres Sidoarjo harus bekerja keras untuk menjaga wilayahnya supaya tetap kondusif. Lebih dari 500 personel disiagakan untuk menjaga proses pemadatan dan perataan tanah di sekitar titik rencana pengeboran.

Namun, rencana pemadatan tanah itu harus terhenti di tengah jalan. Lapindo harus menghentikan sementara rencana pengeboran sumur baru yang diberi nama TGA-6 itu. Kendaraan berat seperti eskavator berhasil ditarik keluar dari lokasi pemadatan tanah. Sejumlah truk yang sempat hilir mudik membawa material tanah juga sudah tidak beraktivitas lagi.

Kondisi ini disikapi masyarakat dengan kemenangan besar. Mereka beranggapan bahwa Lapindo sudah tidak lagi melakukan pengeboran di titik tersebut. Bahkan, untuk meluapkan kegembiraannya, warga sempat menggelar tasyakuran dengan memotong tumpeng.

Di sisi lain, Lapindo berdalih jika pengeboran tersebut harus dilakukan untuk mencukupi pasokan gas dalam program "City Gas" yang saat ini masih terus didengungkan. Dari sekitar 30 sumur yang dimiliki oleh Lapindo Brantas Inc kurang dari separuhnya saja yang beroperasi dan mengeluarkan gas.

Khusus untuk di Kecamatan Tanggulangin sendiri jumlah tersebut hanya menghasilkan sekitar 5 MMSCFD (million standard cubic feet per day) atau juta standar kaki kubik per hari. Jumlah tersebut diprediksi tidak akan bertahan sampai dengan puluhan tahun kalau tidak dilakukan eksplorasi lagi. 

Akankah Lapindo Kembali Melakukan Pengeboran Lagi?

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016