Probolinggo (Antara Jatim) - Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut menjadi salah satu primadona destinasi wisata di Jawa Timur yang banyak dikunjungi baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Bromo yang berada di perbatasan Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III) sejak 4 Desember 2015 pukul 14.00 WIB.

Berdasarkan data Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo tercatat aktivitas kegempaan didominasi oleh getaran tremor menerus dengan amplitudo maksimum yang cenderung meningkat tajam. 

Kemudian bau belerang pekat masih sering tercium hingga Pos Pengamatan Gunung Api Bromo, sedangkan pada 30 Oktober-8 November 2015 terdengar suara gemuruh dari kawah yang diikuti oleh keluarnya asap tebal dari lubang kawah dengan ketinggian 100-150 meter. 

Pada periode 5-27 November 2015 telah terjadi beberapa kali abu vulkaniS halus yang keluar dari lubang kawah, serta ancaman erupsi freatik dan magmatik berupa abu dan lontaran material pijar bisa terjadi sampai radius 2,5 kilometer.

"Realtime Seismic Amplitude Measurement" (RSAM) hingga 4 Desember 2015  menunjukkan peningkatan tajam, sehingga PVMBG menetapkan status siaga untuk gunung yang memiliki keindahan eksotis tersebut.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Bromo, Ahmad Subhan, mengatakan aktivitas vulkanis Gunung Bromo masih fluktuatif dan cenderung meningkat yang didominasi dengan gempa tremor.

"Meningkatnya gempa tremor itu ditandai dengan semburan material dari kawah tidak hanya berupa debu vulkanis, namun sudah agak lebih besar yakni butiran pasir," tuturnya.

Material erupsi Gunung Bromo jatuh di sekitar kawah dan kaldera, sehingga tidak sampai keluar dari kaldera dan masih aman dari permukiman penduduk yang berada di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Ia mengatakan status gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut itu masih siaga atau Level III dan belum ada evaluasi untuk menaikkan menjadi Awas atau Level IV.

"Status Awas akan diberlakukan ketika erupsi Bromo sudah mengancam permukiman penduduk yang berada di lereng gunung setempat, namun sejauh ini letusan masih berada di sekitar kawah dan jauh dari permukiman," paparnya.

PVMBG pernah menaikkan status Gunung Bromo dari siaga (level III) menjadi awas (level IV) pada 23 November 2010 seiring meningkatnya aktivitas gunung api tersebut dengan potensi ancaman erupsi yang mulai membahayakan permukiman.

Namun pada Desember 2010, potensi ancaman erupsi mulai berkurang, sehingga status Bromo diturunkan menjadi siaga pada 8 Desember 2010 pukul 12.00 WIB dan pada 13 Juni 2011 pukul 18.00 WIB, tingkat aktivitas Gunung Bromo diturunkan lagi dari siaga menjadi waspada. 

Dengan status siaga, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat dan wisatawan tidak memasuki kawasan dalam radius 2,5 kilometer dari kawah aktif Gunung Bromo karena dikhawatirkan lontaran material pijar dari erupsi Bromo bisa mencapai jarak 2,5 kilometer.

"Saya imbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu-isu erupsi Bromo yang menyesatkan, namun tetap menjaga kewaspadaan terhadap kejadian erupsi yang menerus dan lebih besar," katanya.

Dampak Erupsi dan Hujan Abu
Erupsi Gunung Bromo yang terjadi selama tiga pekan terakhir menyebabkan hujan abu vulkanis ke sejumlah kabupaten/kota yang berada di berada di sekitar gunung setempat.

Ada lima daerah yang berpotensi terkena dampak erupsi Bromo berupa abu vulkanis yakni Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang.

"Hujan abu vulkanis Bromo ditentukan oleh arah angin. Beberapa kecamatan di Probolinggo juga sempat diguyur abu vulkanis tipis," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi.

Data di BPBD Probolinggo tercatat sebanyak 19 desa di tiga kecamatan yang terdampak erupsi Gunung Bromo yakni 11 desa di Kecamatan Sukapura, lima desa di Kecamatan Sumber, dan tiga desa di Kecamatan Lumbang. 

"Kami memiliki stok masker sebanyak 134 ribu masker di gudang BPBD, 60 ribu masker di Dinas Kesehatan, dan 6 ribu masker di Palang Merah Indonesia (PMI) Probolinggo untuk mengantisipasi hujan abu vulkanis Bromo," tuturnya.

Pemkab Probolinggo juga sudah melaksanakan apel gelar pasukan erupsi Gunung Bromo di Lapangan Desa Muneng, Kecamatan Sumberasih, sebagai upaya kesiapan pemkab setempat dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Bromo dan sudah disiapkan tiga shelter untuk evakuasi, namun sejauh ini masih belum perlu dilakukan evakuasi untuk pengungsian.

Tidak hanya Kabupaten Probolinggo yang terkena paparan abu vulkanis, sejumlah kabupaten lain juga terkena dampak erupsi gunung yang memiliki ketinggian 2.329 mdpl tersebut.

Abu vulkanis juga mengguyur tiga desa di Kabupaten Lumajang pada 22-23 Desember 2015 yakni Desa Argosari dan Desa Ranu Pani di Kecamatan Senduro, serta Desa Pakel di Kecamatan Gucialit.

Kepala BPBD Lumajang, Ribowo mengatakan pihaknya sudah membagikan ribuan masker di desa yang terpapar abu vulkanis tersebut, agar tidak mengganggu kesehatan warga yang berada di lereng Gunung Bromo tersebut.

"BPBD menyiapkan sebanyak 25.000 masker untuk mengantisipasi abu vulkanis Gunung Bromo, namun sejauh ini hujan abu yang turun belum signifikan mengganggu aktivitas warga, sehingga mereka tetap beraktivitas seperti biasanya," tuturnya.

Pihak BPBD Lumajang mencatat empat desa yang berada di dua kecamatan yang merupakan desa terdekat terkena dampak abu vulkanis Bromo yakni Desa Argosari dan Desa Ranu Pani di Kecamatan Senduro, sedangkan di Kecamatan Gucialit terdapat Desa Kertowono dan Desa Pakel.     

Bahkan aktivitas Gunung Bromo yang masih tinggi dan menyemburkan abu vulanis sempat membuat Bandara Abdul Rahman Saleh ditutup selama tiga hari sejak Jumat (11/12) pukul 09.30 WIB hingga Minggu (13/12). 

Pada Senin (14/12), bandara di Malang tersebut sempat dibuka kembali pukul 07.30 WIB dan melakukan aktivitas penerbangan komersial, namun ditutup kembali pada Selasa (15/12) karena sebaran abu vulkanis Gunung Bromo mengganggu rute penerbangan di kabupaten setempat. 

Penutupan Bandara Abd Saleh itu menyebabkan sejumlah penerbangan dibatalkan dan dialihkan ke Bandara Juanda Surabaya sebagai salah satu solusi alernatif untuk penumpang yang menggunakan moda transportasi udara tersebut.

Sementara itu, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa menyerahkan bantuan kepada masyarakat Suku Tengger yang terdampak erupsi Gunung Bromo di Desa Ngadirejo, Kabupaten Probolinggo, Jumat (25/12).

Mensos menyerahkan sebanyak 300 bungkus paket sembako dan 100 paket perlengkapan sekolah, termasuk tas untuk anak-anak Sekolah Dasar (SD), dan 3.000 masker untuk warga yang terkena dampak abu vulkanis erupsi Gunung Bromo.

Wisata Erupsi Bromo
Seiring dengan statusnya yang meningkat menjadi siaga, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup objek wisata Gunung Bromo sejak 4 Desember 2015.

"Kami menutup objek wisata kaldera seperti kawah Bromo, lautan pasir berbisik, dan savana dari seluruh aktivitas wisata karena status Gunung Bromo naik menjadi siaga," kata Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari.

Namun, wisatawan tetap bisa menikmati eksotisme Gunung Bromo dengan keindahan matahari terbit (sunrise) dari wilayah Gunung Penanjakan, Bukit Setya dan Bukit Cinta melalui pintu masuk dari Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, dan Cemaralawang-Mentingen, Kabupaten Probolinggo.

"Kedua titik tersebut dalam radius 3 kilometer, sehingga dipastikan aman dikunjungi oleh wisatawan. Pengunjung tetap dikenai tiket masuk sesuai dengan ketentuan yang ada yakni Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014," tuturnya.

Ayu menjelaskan kawasan kaldera memang tidak bisa dikunjungi, namun wisatawan bisa melihat dari kejauhan pemandangan erupsi Gunung Bromo yang luar biasa indahnya.

"Memang ada penurunan signifikan terhadap wisatawan di Gunung Bromo pascaerupsi. Jumlah pengunjung saat ini sekitar 150 orang per hari, padahal sebelumnya bisa mencapai 5.000 orang per hari," paparnya.

Sementara Bupati Probolinggo Tantriana Hasan Aminuddin mengatakan erupsi Gunung Bromo yang sudah berlangsung selama hampir tiga pekan bukan merupakan bencana tapi merupakan objek wisata yang eksotis.

"Ini eksotisme. Jangan sebut bencana. Proses erupsi itu sangat menarik. Bisa melihat erupsi itu tidak setiap hari tapi harus tunggu lima tahun," katanya saat menerima kunjungan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Probolinggo, Jumat (25/12).

Ia mengatakan pemberitaan yang menyatakan erupsi sebagai bencana membuat jumlah wisatawan yang berkunjung menjadi menurun drastis, padahal pelaku pariwisata sudah siap menyambut momen liburan akhir tahun yang juga bertepatan dengan libur sekolah.

 "Proses erupsi sangat menarik untuk dilihat dan sangat aman, asalkan berada pada radius yang tepat. Jarak aman pada radius 2,5 kilometer dari bibir kawah dan jarak itu masih dekat untuk melihat pemandangan erupsi Bromo," katanya.

Pemkab Probolinggo membuka titik wisata baru di Gunung Bromo untuk memudahkan wisatawan menikmati Gunung Bromo terutama saat terjadi erupsi yakni di Seruni sebagai alternatif baru bagi  wisatawan untuk menikmati keindahan Gunung Bromo.

"Lokasi Seruni berada di wilayah Pemkab Probolinggo, sehingga bisa dikelola dan dipelihara oleh pemkab, sedangkan lokasi wisata di Penanjakan, kawah, savana dan lautan pasir menjadi wilayah pihak TNBTS," paparnya.

Pemkab Probolinggo terus berusaha meyakinkan wisatawan untuk tetap berkunjung ke Bromo sebab erupsi bukan merupakan bencana tapi objek wisata sangat menarik untuk dinikmati.

Bahkan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf juga gencar mempromosikan bahwa Gunung Bromo tampak lebih indah dilihat ketika erupsi seperti yang terjadi saat ini, karena belum tentu bisa dinikmati setiap tahunnya.

"Jika dilihat dari titik aman maka Gunung Bromo bisa terlihat jelas keindahannya, dan itu merupakan nilai plus dari wisatawan," katanya saat meninjau aktivitas Gunung Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, pada 18 Desember 2015.

Pria yang akrab disapa Gus Ipul itu mengatakan radius aman bagi wisatawan adalah berjarak 2,5 kilometer dari kawah, sehingga tak mengganggu aktivitas penginapan maupun usaha lainnya yang berada di titik aman.

"Kalau penginapan dan aktivitas di Cemoro Lawang masih aman karena jaraknya lebih dari 2,5 kilometer. Ini sekaligus meluruskan informasi kalau Bromo sudah tidak bisa dinikmati keindahannya," ucapnya.

Bahkan, sejumlah wisatawan mancanegara tetap antusias mengunjungi salah satu destinasi wisata yang menjadi primadona di Jawa Timur itu, meskipun erupsi Gunung Bromo menyemburkan asap sulfatara.

Salah seorang wisatawan mancanegara asal Belanda, Meika, ketika ditemui di Dusun Cemara Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, mengaku datang bersama lima rekannya untuk melihat eksotisme Bromo saat erupsi.

"Saya tidak takut ke sini, dan lihatlah pemandangannya sangat eksotis. Sebuah gunung yang indah," tuturnya dalam bahasa Inggris.

Ia menilai sebuah fenomena eksotis yang jarang dijumpai ketika berkunjung ke wisata pegunungan lainnya di negara manapun.

Hal senada disampaikan Mike, rekan senegaranya yang juga mengaku tidak takut berwisata ke Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.329 mdpl tersebut.

"Kami tahu sedang ada aktivitas di Bromo, tapi kami juga paham aturannya. Tidak apa-apalah meski tidak sampai ke sana," ucapnya sembari menunjuk ke arah kawah kaldera.

Wisatawan domestik maupun mancanegara tidak perlu khawatir untuk mengunjungi Gunung Bromo, asalkan mematuhi aturan untuk tidak mendekat dalam radius 2,5 kilometer dari kawah Bromo sesuai dengan rekomendasi PVMBG.

Erupsi Gunung Bromo yang siklusnya berlangsung selama lima tahun sekali tidak berbahaya, apabila dilihat dari lokasi Penanjakan dan Seruni. Bahkan, saat erupsi, pemandangan Bromo paling indah dinikmati karena berbagai siluet bentuk yang muncul dari kepulan asap sulfatara yang sangat eksotis.(*)
    
     
     

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015