Pamekasan (Antara Jatim) - Budayawan Madura D Zawawi Imron menyatakan perlu pertimbangan dengan
menggunakan akal sehat untuk mewujudkan keinginan membentuk Provinsi
Madura sehingga terpisah dengan Provinsi Jawa Timur.
"Kalau saya, tolok ukurnya kesejahteraan. Apakah dengan membentuk Provinsi Madura bisa menyejahterakan masyarakat Madura atau tidak? Apakah orang Madura bisa berperan secara maksimal, dan apakah SDM di Madura ini sudah siap?" katanya seusai menjadi pembicara pada bedah buku di Pamekasan, Kamis.
Kalau semuanya sudah siap, sambung tokoh asal Batang-Batang, Sumenep itu, maka silakan dibentuk.
Namun, lanjut dia, apabila semuanya belum siap, sebaiknya pembentukan Provinsi Madura ditunggu, hingga semua pihak benar-benar siap.
"Jadi pertimbangannya memakai akal sehat," katanya.
Di satu sisi, kata penyair berjuluk "Si Celurit Emas" ini, Provinsi Madura memang menjadi alat pelestari nilai, tradisi dan budaya yang ada di Pulau Madura.
Sebab, dengan menjadi provinsi, maka masyarakat Madura bisa mengatur sendiri segala hal yang diinginkan.
Namun demikian, di satu sisi hal tersebut juga tidak menjadi jaminan, apabila masyarakat Madura memang kurang peduli dengan pelestarian seni dan budaya Madura.
Saat ini, kata dia, sudah banyak masyarakat Madura yang tidak paham akan tradisi dan budaya yang ada dan berkembang di Pulau Madura.
Bahkan tidak sedikit pula warga Madura yang tidak paham akan bahasa daerahnya sendiri, yakni Bahaya Madura.
"Makanya dalam setiap kesempatan saya selalu menyarakan agar pelajaran tentang Bahasa Madura di berbagai tingkatan pendidikan hendaknya ditingkatkan, dan terus digencarkan," katanya.
Dalam kesempatan itu, pria asal Kabupaten Sumenep ini menuturkan, belum lama ini pernah ada lomba donging berbahaya Madura yang digelar Pemprov Jatim.
Dari lomba itu, peserta yang berhasil meraih juara karena mampu mendonging dengan menggunakan Bahasa Madura yang baik dan benar adalah peserta dari luar Madura, yakni Bondowoso, sedangkan peserta asal Madura justru gagal meraih juara. (*)
"Kalau saya, tolok ukurnya kesejahteraan. Apakah dengan membentuk Provinsi Madura bisa menyejahterakan masyarakat Madura atau tidak? Apakah orang Madura bisa berperan secara maksimal, dan apakah SDM di Madura ini sudah siap?" katanya seusai menjadi pembicara pada bedah buku di Pamekasan, Kamis.
Kalau semuanya sudah siap, sambung tokoh asal Batang-Batang, Sumenep itu, maka silakan dibentuk.
Namun, lanjut dia, apabila semuanya belum siap, sebaiknya pembentukan Provinsi Madura ditunggu, hingga semua pihak benar-benar siap.
"Jadi pertimbangannya memakai akal sehat," katanya.
Di satu sisi, kata penyair berjuluk "Si Celurit Emas" ini, Provinsi Madura memang menjadi alat pelestari nilai, tradisi dan budaya yang ada di Pulau Madura.
Sebab, dengan menjadi provinsi, maka masyarakat Madura bisa mengatur sendiri segala hal yang diinginkan.
Namun demikian, di satu sisi hal tersebut juga tidak menjadi jaminan, apabila masyarakat Madura memang kurang peduli dengan pelestarian seni dan budaya Madura.
Saat ini, kata dia, sudah banyak masyarakat Madura yang tidak paham akan tradisi dan budaya yang ada dan berkembang di Pulau Madura.
Bahkan tidak sedikit pula warga Madura yang tidak paham akan bahasa daerahnya sendiri, yakni Bahaya Madura.
"Makanya dalam setiap kesempatan saya selalu menyarakan agar pelajaran tentang Bahasa Madura di berbagai tingkatan pendidikan hendaknya ditingkatkan, dan terus digencarkan," katanya.
Dalam kesempatan itu, pria asal Kabupaten Sumenep ini menuturkan, belum lama ini pernah ada lomba donging berbahaya Madura yang digelar Pemprov Jatim.
Dari lomba itu, peserta yang berhasil meraih juara karena mampu mendonging dengan menggunakan Bahasa Madura yang baik dan benar adalah peserta dari luar Madura, yakni Bondowoso, sedangkan peserta asal Madura justru gagal meraih juara. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015