Malang (Antara Jatim) - Petani di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang mengeluhkan minimnya traktor tangan bantuan dari pemerintah untuk petani setempat karena satu desa/kelurahan hanya ada satu unit dan itupun sudah rusak.
 
Manteri Tani Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur Dwi Pujiwati di Malang, Senin, mengemukakan para petani yang ada di kecamatan itu masih kekurangan banyak traktor tangan untuk mengolah lahan pertanian di wilayah Kepanjen yang mencapai 2.368,4 hektare.

"Bantuan traktor yang kami terima selama ini adalah 'singkal' (seperti bajak), padahal lahan pertanian di Kepanjen tergolong dalam," kata Dwi Pujiwati ketika berdialog dengan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan pangan, Kelompok Tani Mulyo 1, dan Muspida di Kecamatan Kepanjen.       

Karena lahan pertanian di Kecamatan Kepanjen tersebut cukup dalam, katanya, maka yang dibutuhkan adalah traktor tangan sejenis Rotari agar pengolahan lahan pertanian sawah lebih mudah, bukan traktor tangan sejenis singkal. Bahkan, traktor tangan bantuan pemerintah itupun sudah rusak, sehingga menggunakan traktor tangan milik perorangan.

Dari lahan pertanian di Kecamatan Kepanjen seluas 2.368,4 hektare tersebut, 58 hektare diantaranya milik kelompok tani Mulyo 1. Dengan luas lahan tersebut, paling tidak dibutuhkan 3 hingga 4 traktor tangan lagi yang terstandar agar tidak cepat rusak.

Menanggapi keluhan petani tersebut, Ketua KTNA pusat Winarno Tohir mengatakan tahun depan Kementerian Pertanian (Kementan) dengan anggaran yang mencapai triliunan rupiah itu memiliki program satu kelompok tani, satu traktor tangan.

Oleh karena itu, lanjutnya, petugas penyuluh pertanian dan manteri tanu di kota/kabupaten segera membuat usulan ke Dinas Pertanian (Dinas) masing-masing agar pengajuan bantuan traktor tangan itu segera diproses, sehingga tahun depan bisa direalisasi, sehingga hambatan minimnya traktor di daerah ini bisa teratasi.

Selain keluhan minimnya bantuan traktor tangan, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mulyo 1 Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen itu juga mengeluhkan jeleknya kualitas beras yang dihasilkan dari benih padi Pak Tiwi dan Logawa. Hasil prosessing kedua jenis benih padi tersebut hancur dan itu terjadi di hampir semua lokasi yang menanam kedua jenis benih tersebut.

"Kami tidak tahu, apakah varietas benihnya yang memang kurang bagus atau pada proses prosessingnya. Hasil panennya memang sangat bagus, tapi berasnya tidak seperti yang diharapkan. Berasnya rusak (hancur)," kata Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian di Kecamatan Kepanjen Purnadi Karyo.

Oleh karena itu, lanjutnya, perlu ada terobosan agar penelitian komoditas pangan ini tidak hanya diteliti berapa hasil panennya (produktivitas) per hektare, ketahanan terhadap hama, proses penanaman hingga panen, tetapi juga hasil akhirnya berupa beras, apakah hasilnya bagus atau sebaliknya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015