Banyaknya taman yang tersebar di penjuru Kota Surabaya selama ini pada dasarnya lebih banyak berfungsi untuk mempercantik pemandangan kota. Tapi, dengan jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah tiap tahunnya, Pemkot harus berpikir ke arah tanaman yang berfungsi ekologis.

"Artinya, tanaman yang ditanam di taman-taman itu harus mampu menyerap polutan. Ada taman yang itu sudah bisa dikatakan sebagai hutan kota, yakni Taman Flora. Di situ banyak pepohonan yang mampu menghasilkan oksigen dan menyerap polutan," ucap Koordinator Komunitas Nol Sampah, Wawan Some.

Wawan menambahkan kebutuhan hutan kota di Surabaya sangat mendesak, mengingat lahan yang semakin berkurang. Banyak lahan-lahan yang sebelumnya memiliki banyak tanaman berubah menjadi gedung pencakar langit.
Taman-taman yang ada bisa ditanami dengan trembesi yang mampu menghasilkan oksigen. Selain itu, di taman juga bisa ditanam pepohonan yang mampu mendatangkan burung-burung.

"Taman sekarang itu kan hanya tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi. Fungsi ekologisnya belum begitu diperhatikan," tuturnya menanggapi Hari Menanam Pohon Indonesia pada setiap tanggal 28 November itu.

Ia menjelaskan fungsi ekologis yang dimaksud di antaranya melalui proses fotosintesisnya akan menyerap gas CO2 dan menghasilkan oksigen, menyerap polutan lainnya seperti timbal (Pb) dan debu, serta menjadi habitat bagi satwa liar, antara lain burung dan jenis serangga.

"Pohon menyerap polutan dan menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan manusia," tukasnya. Menurut dia, pohon bisa mereduksi polutan di udara sehingga nenjadi lebih bersih. Melalui proses fotosintesis pohon menyerap CO2 yang diketahui memberi dampak terhadap pemanasan global. Hasil dari fotosintesis adalah O2 yang dibutuh oleh manusia.

Beberapa penelitian membuktikan, 1 hektare ruang terbuka hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton O2 untuk kebutuhan 1.500 penduduk/hari, dan menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang per tahun), menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan mengurangi kekuatan angin 75-80 persen.

Fungsi tak kalah penting dari Pohon adalah memfilter debu yang mencemari udara. Pepohonan di areal 300 x 400 meter diketahui menurunkan konsentrasi debu dari 7.000 menjadi 4.000 partikel per liter.  

Untuk pohon di jalur hijau ternyata dapat mengurangi lebih 50 persen gas NOx yang ada di udara. "Jadi jelas dengan menanam pohon akan memberi keuntungan bagi kita dan lingkungan sekitar kita. Selain menghasilkan oksigen, menyerap gas rumah kaca, menyerap polutan, ternyata dengan menanam Pohon di sekitar rumah tinggal akan menurunkan suhu udara sekitar rumah sampai 3 derajat Celcius," kilahnya.

Ia mengatakan di Surabaya sudah ada sejumlah hutan kota, di antaranya di kawasan Mangrove Wonorejo dan di Balaskrumpik. Sayangnya hutan kota tersebut belum berfungsi dengan maksimal. Di Mangrove Wonorejo misalnya, masih belum banyak pepohonan, justru yang luas adalah lahan tambak.     

"Sebenarnya yang paling tepat itu hutan kota, bukan taman kota. Taman kota itu biayanya lebih besar dibanding hutan kota. Taman kota, tiap enam bulan sekali harus mengganti tanaman. Kemudian harus memberi air mancur, itukan butuh biaya listrik. Hutan kota itu perawatannya mahal diawal, setelah itu murah," ujarnya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015