Jember (Antara Jatim) - Rektor Universitas Jember (Unej) M. Hasan mengatakan kampusnya memiliki komitmen untuk memberikan solusi atas kasus buruh migran yang terjadi selama ini karena perguruan tinggi sudah seharusnya berpihak terhadap buruh migran.

"Unej berkomitmen untuk memberikan solusi atas persoalan yang mendera para buruh migran, salah satunya dibuktikan dengan mendukung penuh acara Jambore Nasional Buruh Migran Indonesia 2015," tuturnya saat menjadi pemateri dalam sidang pleno bertema 'Migrasi dan Buruh Migran: Penguatan Institusional dan Manifest Keberpihakan Perguruan Tinggi' di Gedung Soetardjo Kampus Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.

Menurut dia, perguruan tinggi dengan sumber daya manusia yang menguasai berbagai ilmu menjadi modal dalam memberikan solusi atas permasalahan buruh migran dan modal kedua adalah para mahasiswa, generasi muda yang dikenal sebagai pembawa semangat perubahan.

"Komitmen ini akan kami wujudkan melalui tiga hal. Pertama, kajian komprehensif atas permasalahan buruh migran. Kedua, menjadi mitra pemerintah dalam menyiapkan naskah akademik terkait kebijakan menyangkut buruh migran dan terakhir aktif memberikan penyuluhan, pendampingan, dan pemberdayaan bagi buruh migran," paparnya.

Pendapat Rektor Unej itu mendapatkan dukungan dari dua koleganya, Ketua  Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada Sukamdi, dan Sylvia Yazid dari Universitas Parahyangan Bandung.

Sukamdi mengusulkan agar porsi aksi perguruan tinggi dalam membela buruh migran diperbesar dengan salah satunya memasukkan skema pemberdayaan buruh migran dalam pembiayaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat baik di Kementerian pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. 

"Misalnya saja pelatihan bagi calon buruh migran melibatkan perguruan tinggi, dan bukannya hanya dilakukan oleh pihak swasta. Harapannya biaya pelatihan tidak mahal," katanya.

Sementara itu, Sylvia Yazid mengakui bahwa selama ini belum terjalin komunikasi yang baik antara dosen sebagai peneliti dan buruh migran. 

"Akibatnya kadang kami tidak tahu dengan pasti apa pelatihan yang dibutuhkan oleh buruh migran, sehingga diharapkan kegiatan seperti ini akan mendekatkan dunia perguruan tinggi dengan buruh migran," ujarnya.

Pada jam sebelumnya, juga diselenggarakan sembilan tema diskusi yang dilaksanakan di berbagai lokasi di Kampus Tegalboto Unej, salah satu tema yang selaras dengan siding pleno terakhir adalah yang dilakukan di Fakultas Sastra Universitas Jember dengan tema "Kontribusi Akademisi Dalam Advokasi Buruh Migran".

Salah seorang pemateri, Nur Hasan dari FISIP Unej mengajak agar akademisi turut terlibat aktif dalam kegiatan advokasi dalam upaya perlindungan terhadap para buruh migran. 

"Perguruan tinggi memiliki regulasi yang jelas dalam program pengabdian kepada masyarakat yang dapat mendukung upaya-upaya perlindungan dan pemberdayaan para mantan buruh migran," katanya.

Contohnya, kampus dapat memberikan pemberdayaan seperti halnya pelatihan keterampilan kepada para mantan buruh migran, agar mereka bisa mandiri dan tidak kembali bekerja jadi TKI lagi.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015