Tulungagung (Antara Jatim) - PLTA Niama, Tulungagung, Jawa Timur memanfaatkan kegiatan simulasi mitigasi bencana tsunami yang digelar BPBD setempat untuk menguji coba prosedur ketetapan (protap) tanggap darurat kebencanaandi internal manajemen mereka.
    
"Setiap tahun kami melakukan pelatihan tanggap darurat kebencanaan di internal PLTA, kebetulan kali ini ada simulasi ini sehingga kami mencoba mengintegrasikan agar bisa bersinergi dengan kegiatan mitigasi bencana yang dilakukan tim terpadu," kata General Manager PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Brantas, Wirawan di Tulungagung, Jumat.
    
Sesaat sebelum terlibat aktif dalam membantu proses evakuasi penduduk yang menjadi korban bencana tsunami, karyawan PLTA yang tengah bertugas dinas lebih dulu melakukan protap internal penanggulangan bencana dengan mematikan seluruh aktivitas PLTA.
    
Setelah turbin dipastikan berhenti beroperasi, papar Wirawan, kegiatan kontijensi dilanjutkan dengan mengevakuasi seluruh karyawan ke titik aman, dilanjutkan dengan membantu penyelamatan penduduk di sekitar PLTA.
    
Warga yang sudah terevakuasi ke titik aman di area rumah dinas karyawan PLTA yang berada di ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan laut, kemudian dibawa ke shelter pengungsian yang telah dibangun tim terpadu.
    
"Kebetulan di PLTA ada program CSR (corporate Social Responsibility) sehingga bisa kami sinergikan dalam kegiatan simulasi terpadu yang digelar BPBD bersama dinas/instansi terkait," ujarnya tanpa menyebut detail CSR yang dialokasikan.
    
Wirawan mengatakan, PLTA Niama atau PLTA Tulungagung yang terletak persis di Desa Sidem merupakan obyek vital negara yang memiliki risiko tinggi terpapar bencana tsunami.
    
Karena lokasinya yang memiliki ketinggian hanya beberapa meter dari tinggi permukaan laut, hantaman gelombang tsunami dipastikan bisa menghantam bangunan utama serta jaringan turbin pembangkit listrik milik PLTA setempat.
    
Karena risiko itulah, Wirawan menegaskan sikap ketanggapdaruratan menjadi kapasitas wajib dikuasai oleh seluruh karyawan dan manajemen PLTA.
    
"Berkat kesiapsiagaan kepala PLTA, operator, karyawan, berkoordinasi dengan BPBD, kami berhasil mengamankan PLTA TulungAgung, serta beberapa fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas dan lain sebagainya. Semua Warga di bibir pantai Sidem Tulung Agung telah berada pada lokasi yang aman di tempat evakuasi," pungkasnya.
    
Sebelum digelarnya gladi lapang simulasi bencana tsunami, dua hari sebelumnya tim terpadu penanggulangan bencana tsunami lebih dulu melakukan gladi posko atau persiapan skenario dan pendistribusian tugas antara masing-masing perwakilan tim yang terlibat.
    
Setelah hari pertama gladi lapang dengan agenda evakuasi penduduk dari kawasan perkampungan pesisir, simulasi dilanjutkan pada Sabtu (14/11) dengan kegiatan penyisiran korban bencana tsunami yang dimungkinkan terseret arus ke tengah laut.
    
Kegiatan simulasi bencana tersebut mendapat pantauan langsung dari Komandan Korem 081/DSJ Madiun, serta Bupati Tulungagung yang ikut terlibat dalam simulasi dari pendopo Kabupaten Tulungagung dengan memberi komando kepada Dandim 0807 Tulungagung.
    
"Rencananya kami akan melakukan simulasi lanjutan ke beberapa daerah pesisir lain. Setelah sebelumnya sempat digelar di Pantai Sine pada 2013, dan sekarang di Pantai Popoh dan Sidem, ke depan kami agendakan ke daerah pesisir lain yang berpotensi terpapar tsunami," kata Kepala BPBD Tulungagung, Suroto.
    
Ia mengatakan, Tulungagung memiliki 11 kawasan pesisir yang rentan terdampak bencana tsunami. Dari jumlah itu, tiga di antaranya memiliki jumlah penduduk paling banyak, yakni Pantai Sine, Sidem, serta Popoh.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015