Tidak semua orang kenal perempuan yang sudah berusia senja ini, kecuali kalangan pemandu wisata atau "tour guide" serta sejumlah tamu yang melakukan perjalanan ke sejumlah objek wisata di Yogyakarta.
 
Sutarti adalah sosok perempuan tangguh yang mempunyai tanggung jawab besar untuk kelangsungan hidup keluarganya. Sebagai putri tertua dari delapan bersaudara, sejak kecil sudah mempunyai keinginan untuk bekerja membantu orangtuanya yang petani.
 
Nalurinya yang sejak kecil  tidak ingin hanya bisa diam di rumah dan mengasuh adik-adiknya, ia bercita-cita bisa sekolah dan bepergian agar bisa mengenal lebih dekat sejumlah objek wisata di kota tempat ia dilahirkan itu.
 
Setamat SMA, ia memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan biro perjalanan. Ternyata pada tahun 1988, ia bisa mewujudkan keinginannya itu dan diterima di sebuah perusahaan yang khusus menangani wisatawan asing dan mengharuskan dia bisa berbahasa Jepang.
 
Suarti muda yang ingin mengubah nasib itu bertekad belajar Bahasa Jepang serta tatacara dalam menyambut tamu, baik wisatawan lokal maupun asing.

Namun, perjalanan meniti karir itu tidak selalu mulus, karena saat terjadi peristiwa bom Bali (2002), perusahaan yang ia ikuti ternyata "collapse", karena jumlah kunjungan wisatawan menurun drastis, atau bahkan tidak ada sama sekali.
 
"Anehnya, perusahaan itu tidak memecat saya, tapi saya tetap diizinkan menjadi pemandu wisata secara 'freelance' di beberapa biro perjalanan lain," ucap Sutarti yang kini sudah berusia 56 tahun itu.
 
Sutarti yang menjadi anggota persatuan pemandu wisata di Yogyakarta itu kini telah memiliki jam terbang selama 27 tahun. Namun, ia tetap setia pada perusahaan yang pertama menerimanya itu, bila sewaktu-waktu diperlukan untuk menemani tamu asing, khususnya Jepang, ia harus tetap siap sedia, sekalipun pada saat bersamaan ia sedang menjalani tugas dari biro lain.

"Ya, terpaksa saya berikan kepada tour guide yang lain," tutur ibu dari dua anak dan tiga orang cucu yang kini sudah mempunyai putra yang menjadi generasi penerus profesi yang ia tekuni itu.
 
Dengan usaha kerasnya itu, isteri Hariyono yang juga memiliki profesi sama itu kini memiliki perusahaan sendiri, "Tarti Tour & Transport" dan mengelola bisnis "home stay" yakni "Wisma Purwo" di Jalan gajah Mada, Purwokinanti, yang menurutnya tetap memiliki prospek cukup bagus.
 
Ia mengakui bila kunjungan wisatawan ke Yogyakarta meningkat, berarti jam tidurnya hanya sekitar dua sampai tiga jam saja.

Nah... di saat jenuh dan capek bercampur galau itulah, ia menerapkan resep yang cukup mujarab untuk mengusir aura negatif. Resep itu ia lakukan setiap ia berhias diri dan mengenakan baju rapi di depan kaca, terutama saat ia  hendak menunaikan tugas.

"Ucapkan kata whiski di depan kaca dengan membuka senyum lebar sampai terlihat deretan gigi dan bibir ditarik hingga menyamping," ujar Sutrati yang selalu mepraktikkan  'teorinya' itu setiap ia merasa galau.
 
Menurutnya, dengan mengeluarkan senyum dan menebarkan aura positif untuk diri kita atau orang lain, maka seseorang itu akan merasa senang dalam menjalani hidup. Tidak ada salahnya cara itu tidak hanya dilakukan di depan kaca karena juga bisa dilakukan di saat bertemu, suami, anak atau orang lain, tetapi harus diikuti dengan keihlasan dan ketulusan hati.

"Tapi jangan senyum-senyum sendiri... berbahaya," ujar Sutarti yang akrab dipanggil Bu Tarti itu mengingatkan sembari tertawa. Mau mencoba ...?.  (*).

Pewarta: FAROCHA

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015