Kediri (Antara Jatim) - Sedikitnya 60 perempuan atau ibu rumah tangga dari Kediri, Jawa Timur, mengikuti program pemasangan alat kontrasepsi berupa implant dan IUD yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Kediri.
"Kami lakukan program ini secara massal, jadi mereka bisa mendapatkan alat kontrasepsi dan itu diberikan secara gratis," kata Kepala Bidang Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Kediri Wiwik Fatowiyah di Kediri, Selasa.
Wiwik juga menambahkan, kegiatan pemasangan alat kontrasepsi berupa implant dan IUD tersebut sengaja dilakukan di rumah sakit. Hal itu dilakukan, sebab di rumah sakit lebih steril dan dilakukan oleh ahlinya. Bahkan, untuk tim medis juga melibatkan ahli, baik bidan maupun perawat.
Ia mengatakan, animo masyarakat untuk ikut pemasangan alat kontrasepsi tersebut cukup tinggi. Alat kontrasepsi berupa implant dan IUD mempunyai tenggat waktu yang cukup lama, antara 3-10 tahun. Hal ini berbeda dengan alat kontrasepsi lain, misalnya pil, KB, ataupun kondom. Untuk pemasangan pun, mereka tidak dikenai biaya, dan hanya menyerakan salinan kartu tanda penduduk.
Ia berharap, dengan program pelayanan ini, masyarakat semakin sadar akan kebutuhan keluarga sejahtera. Pemerintah juga mengajurkan agar dua anak cukup dalam program KB, sehingga keluarga akan lebih sejahtera.
Sementara itu, Sukamti, salah seorang peserta pemasangan alat kontrasepsi massal itu mengaku sengaja ikut program tersebut. Selain karena faktor usia, ia ingin lebih konsentrasi mengurus kedua buah hatinya.
Ia mengatakan, mempunyai dua anak yang saat ini sudah duduk di bangku sekolah. Ia pun mengguanakan alat kontrasepsi berupa IUD, yang mempunyai tenggat waktu cukup lama, sampai 10 tahun. "Anak saya sudah dua, dan itu sudah cukup," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kami lakukan program ini secara massal, jadi mereka bisa mendapatkan alat kontrasepsi dan itu diberikan secara gratis," kata Kepala Bidang Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Kediri Wiwik Fatowiyah di Kediri, Selasa.
Wiwik juga menambahkan, kegiatan pemasangan alat kontrasepsi berupa implant dan IUD tersebut sengaja dilakukan di rumah sakit. Hal itu dilakukan, sebab di rumah sakit lebih steril dan dilakukan oleh ahlinya. Bahkan, untuk tim medis juga melibatkan ahli, baik bidan maupun perawat.
Ia mengatakan, animo masyarakat untuk ikut pemasangan alat kontrasepsi tersebut cukup tinggi. Alat kontrasepsi berupa implant dan IUD mempunyai tenggat waktu yang cukup lama, antara 3-10 tahun. Hal ini berbeda dengan alat kontrasepsi lain, misalnya pil, KB, ataupun kondom. Untuk pemasangan pun, mereka tidak dikenai biaya, dan hanya menyerakan salinan kartu tanda penduduk.
Ia berharap, dengan program pelayanan ini, masyarakat semakin sadar akan kebutuhan keluarga sejahtera. Pemerintah juga mengajurkan agar dua anak cukup dalam program KB, sehingga keluarga akan lebih sejahtera.
Sementara itu, Sukamti, salah seorang peserta pemasangan alat kontrasepsi massal itu mengaku sengaja ikut program tersebut. Selain karena faktor usia, ia ingin lebih konsentrasi mengurus kedua buah hatinya.
Ia mengatakan, mempunyai dua anak yang saat ini sudah duduk di bangku sekolah. Ia pun mengguanakan alat kontrasepsi berupa IUD, yang mempunyai tenggat waktu cukup lama, sampai 10 tahun. "Anak saya sudah dua, dan itu sudah cukup," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015