Surabaya, (Antara Jatim) - Pengamat ekonomi "Institute for Development of Economics and Finance" (INDEF), Aviliani, berpendapat bahwa menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bukan karena paket kebijakan bertahap yang dikeluarkan pemerintah Indonesia.

"Penyebab menguatnya rupiah itu lebih karena global. Semua mata uang dunia menguat. Jadi masih belum normal lagi, dan ini belum fundamental karena kita ini bisa terus menguat," katanya seusai menghadiri Kongres Ikatan Sarjana EkonomI Indonesia (ISEI) di Surabaya, Rabu.

Ia menjelaskan bahwa paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah bersifat jangka panjang, sedangkan menguatnya rupiah yang terjadi dalam beberapa hari ini hanya sementara dan berjangka pendek.

Oleh karena itu, Aviliani meminta publik untuk mewaspadai penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir, sebab dampaknya bersifat jangka pendek.

"Jangan disikapi dengan senang-senang dulu karena ini masih fluktuatif. Orang yang berfluktuasi dengan jual-beli dolar juga masih ada," ucapnya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar 256 poin menjadi Rp13.985 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.241 per dolar AS. (*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015