Magetan (Antara Jatim) -  Kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah sejak beberapa hari terakhir, diduga dipicu oleh aktivitas pencarian madu yang dilakukan oleh warga tepian hutan.
     
"Warga mencari madu hutan dengan membakar pohon untuk mengusir lebah. Tanpa disadari, api yang difungsikan untuk mengusir lebah tersebut masih tersisa di rongga pohon dan menimbulkan kebakaran," ujar Administratur KPH Lawu Nanang Sugiharto kepada wartawan, Rabu. 
     
Selain itu, kebakaran hutan diduga juga dipicu oleh aktivitas pembuatan api unggun yang ditinggalkan oleh para pendaki Gunung Lawu.
     
"Api unggun tersebut belum padam sempurna, sementara cuaca yang kering dan berangin saat ini membuat bara api membakar ke semak-semak dan menjalar kemana-mana," kata dia. 
     
Ia menjelaskan sejauh ini sebagian titik api telah berhasil dipadamkan. Meski demikian, masih ada beberapa di antaranya yang belum dapat dipadamkan karena sulitnya kondisi medan.  Lokasi kebakaran hutan yang berada di lereng Gunung Lawu yang terjal membuat petugas sulit membawa alat pemadam kebakaran. 
     
Pihak KPH Lawu Ds telah menerjunkan puluhan personelnya untuk memadamkan api di wilayah lereng Gunung Lawu. Personel tersebut masih ditambah dari instansi terkait, seperti BPBD Magetan dan para relawan. 
     
Sesuai data yang ada, diperkirakan luas hutan di wilayah BKPH Lawu Selatan yang terbakar mencapai 40 Hektare. Jumlah tersebut dimungkinkan masih bertambah karena wilayah BKPH Lawu Utara belum didata.
     
Seperti diketahui, kebakaran hutan melanda wilayah KPH Lawu Ds yang berada di lereng Gunung Lawu sejak beberapa hari terakhir. 
     
Hingga kini, upaya pemadaman api oleh petugas dan relawan dari masyarakat sekitar terus dilakukan. Meski terkendala medan yang curam dan terjal, petugas terus berupaya semaksimal mungkin.
    
Jalur pendakian Gunung Lawu, baik jalur yang resmi maupun tidak resmi juga masih ditutup. Hal itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terhadap para pendaki. (*)

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015