Surabaya (Antara Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan warga di Kota Pahlawan tidak peduli dengan naiknya nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah.

"Kenapa warga Surabaya tidak peduli dolar mau naik atau tidak karena kekuatan kita ada di ekonomi mikro, mereka tidak terpengaruh terhadap dolar," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat memberikan sambutan di acara Festival Pasar Rakyat yang diegalar Yayasan Danamon Peduli dan PD Pasar di Pasar Kembang Surabaya, Sabtu.
    
Risma mengaku meski berlatar belakang insiyur, namun sampai sekarang tetap belajar ekonomi mikro. "Tetap saya belajar karena di situlah letak ekonomi di Indonesia khususnya Suabaya," katanya.
    
Menurut dia, 90 persen perdagangan di Surabaya terdiri dari usaha menengah dan mikro. Hal inilah yang membuat perekonomian di Surabaya cukup kuat dan tidak terpengaruh krisis moneter seperti tahun 1998.
    
"Saya sudah melihat krisis 1998, saya pimpin projek suatu studi dengan tim leadernya dari Belanda. Saat di Jakarta mal-mal mulai sepi, tapi dia bingung ketika masuk kampung di Surabaya kenapa orang kampung masih bisa tersenyum.  Dia juga masuk ke mal-mal dan pasar, kenapa Surabaya masih ramai tidak seperti Jakarta langsung turun drastis," ujarnya.
    
Ia sampaikan kepada tim leader dari Belanda bahwa orang Surabaya tidak kenal dolar. "Bahkan dolar saat itu sampai tembus Rp14 ribu sekian, tapi kenapa di Surabaya bisa survive. Kalau ini bisa terjadi sebenarnya kekuatan besar kesejahteraan ini menyangkut kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
    
Mantan Kepala Bappeko Surabaya ini mengatakan gap atau jurang pemisah antara kaya dan miskin tidak terlalu tinggi di Surabaya, sehingga bisa dikatakan jarang sekali ada demonstrasi di Surabaya. "Kecuali nanti mendekati pilkada," kata Risma disambut tawa dari para hadirin yang datang di acara itu.     
    
Selain itu, Risma juga bercerita pernah ditanya peneliti dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menugaskan perguruan tinggi di Equador mengenai perkembangan kampung di Surabaya.
    
"Saya jawab, kampung masih jadi kampung. Surabaya masih luas, kita membangun tidak menggusur kampung karena kekuatan Surabaya ada di kampung," ujarnya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015