Jakarta (Antara) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan fenomena pasangan calon tunggal di Kota Surabaya dalam pemilihan kepala daerah merupakan risiko dari pihaknya yang tidak mau main politik uang.

"Kalau dengan uang mungkin masalah kemarin selesai, tapi kita tidak ada. Kita mau bahwa ini benar-benar murni pemilihan, ya jadinya begini, risikonya begini," katanya ketika bertemu dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi di Jakarta, Selasa.

Risma juga mengaku sudah menyampaikan kepada PDI Perjuangan sebagai partai yang mengusungnya bahwa dirinya tidak mau ada komunikasi dengan uang.

"Saya tidak mau ada transaksi karena itu berat mengurusi rakyat. Kalau kemudian ada 'deal' tertentu, saya juga tidak ingin jadi hambatan untuk melayani masyarakat," ucap dia.

Risma juga mengaku belum mengetahui tentang keputusan partai pengusungnya terkait dengan penundaan pilkada di Kota Surabaya. Ketika ditanya apakah pihaknya akan menggugat KPU, Risma menyerahkan hal tersebut kepada partai.

Dia juga tidak merasa dirugikan karena menjadi menjadi calon tunggal di Kota Surabaya. "Tidak merasa dirugikan, dikira enteng apa jadi Wali Kota Surabaya," kata Risma.

Sebelumnya (3/8), Komisi Pemilihan Umum Pusat mengumumkan hasil pendaftaran pasangan calon pilkada dan menyatakan ada tujuh daerah dengan pasangan calon kurang dari dua atau calon tunggal. (*)

Pewarta: Calvinantya Basuki

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015