Surabaya (Antara Jatim) - Salah satu bakal Calon Wali Kota Surabaya yang diprediksi kuat mendapat rekomendasi PAN dan Demokrat, Dhimam Abror mengkritik hasil verifikasi skor tertinggi cawali-cawawali yang dilakukan Koalisi Majapahit beranggotakan enam parpol beberapa hari lalu yang tidak diumumkan ke publik.

"Kan saya skor tertinggi versi Koalisi Majapahit.  Itulah yang saya kritik dari koalisi, harusnya hasil tes ini diumumkan ke publik," kata Dhimam Abror kepada Antara di Surabaya, Minggu.
    
Adapun skor tertinggi hingga terendah untuk bakal calon wali kota di Koalisi Majapahit adalah Dhimam Abror Djuraid, Syamsul Arifin, Sukoto dan Sutjipto Joe Angga. Sedangkan untuk bakal calon wakil wali kota yakni Muhammad Alyas, Basa Alim Tualeka, Akhmad Suyanto dan Siswandi.
    
Saat ditanya alasan kenapa Koalisi Majapahit tidak mengumumkan, Ketua Harian KONI Jatim ini mengaku tidak tahu alasanya. "Saya tidak tahu alasannya. Lebih baik diumumkan media," ujarnya.
    
Soal kabar akan menggugat Koalisi Majapahit soal hal ini, Dhimam membantahnya. "Tidak ada itu, buat apa menggugat wong mereka yang punya kewenangan. Saya manut saja terserah mereka," ujarnya.
    
Mengenai rekomendasi PAN dan Demokrat, Abror mengaku Minggu ini rekomendasi dari kedua partai tersebut akan turun dan didaftarkan pada hari terakhir perpanjangan pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya pada Senin (3/8).
    
Ia mengatakan bakal calon wakil wali kota yang akan mendampinginya adalah Haries Purwoko, Ketua Umum Organisasi Pemuda Pancasila (PP) Kota Surabaya sekaligus salah seorang pengusaha di Surabaya yang juga aktif sebagai pengurus Kamar Dagang Industri (Kadin) Jatim.
    
Saat ditanya kenapa rekomendasi yang akan dikeluarkan hanya Demokrat dan PAN, sedangkan parpol di Koalisi Majapahit seperti PKB, PKS, Gerindra dan Golkar belum mengeluarkan rekomendasi.
    
"Iya minimalis dulu untuk mengamankan rekomendasi dan antisipasi kalau ada emergency," ujarnya.
    
Namun, lanjut dia, pihaknya berharap Koalisi Majapahit tetap utuh dan mendukung dirinya maju di Pilkada Surabaya 2015. "Kalau 'head to head' lawan petahana peluang menang ada. Tapi kalau pecah nanti akan ada empat pasang dan makin berat perjuangan," ujarnya.
    
Soal adanya anggapan bahwa bakal cawali-cawawali yang mendaftar di hari terakhir adalah calon boneka, Dhimam dengan tegas mengatakan bahwa calon boneka tidak ada.
    
"KPU kan sudah melarang calon boneka karena yang boleh daftar itu manusia, boneka tiak boleh," katanya sambil bergurau.
    
Namun demikian, mantan pimpinan redaksi dari sejumlah media besar di Surabaya mengatakan pihaknya sudah mempersiapkan maju pilkada Surabaya sejak 2010, sehingga itu akan menggugurkan anggapan sebagai calon boneka.
    
"Pilkada Surabaya 2010, saya sudah siap dan semangat, tapi dukungan parpol sat itu tidak dapat," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015