Jombang (Antara Jatim) - Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, akan membahas berbagai macam isu terkini, dan hasilnya akan direkomendasikan ke pemerintah.

"Nanti bahtsul masail akan berkaitan dengan masalah kontemporer, tematik dan undang-undang," kata panitia Muktamar NU Slamet Effendi Yusuf di Jombang, Jumat (31/7).

Ia mengatakan, dalam pembahasan di muktamar nantinya muktamirin akan dibagi menjadi beberapa komisi. Selain bahtsul masail (membahas hukum-hukum keagamaan), ada komisi organisasi, sampai rekomendasi.

Slamet juga membantah terkait dengan sejumlah isu yang menyebutkan jika akan ada perubahan dalam lembaga, yaitu pengurus wilayah, pengurus cabang yang diisukan akan diubah menjadi konsul.

Ia menegaskan, isu tersebut tidak benar. Dalam komisi nantinya juga akan dibahas tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) dan akan dilakukan perbaikan. Namun, ia meyakinkan jika perbaikan itu tidak akan mengubah tentang struktur cabang ataupun wilayah.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan dalam waktu 12 tahun lagi, NU akan mencapai usia 100 tahun, sehingga dalam membahas berbagai macam program nantinya juga akan melihat posisi NU ke depan.

Kegiatan Muktamar NU yang ke-33 digelar di Jombang, pada 1-5 Agustus 2015. Kegiatan itu dihadiri seluruh pengurus cabang maupun wilayah se-Indonesia, termasuk dari pimpinan cabang istimewa di luar negeri. Kegiatan itu rencananya dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada Sabtu (1/8) malam di Alun-alun Jombang.

Muktamirin dari berbagai daerah di Indonesia juga sudah berdatangan, termasuk dari luar negeri. Mereka juga sudah melakukan registrasi pendaftaran peserta muktamar.

Dalam kegiatan itu, muncul konsep "ahlul halli wal aqdi" (Ahwa). Hal itu sampai saat ini masih menjadi polemik. Sejumlah kalangan menolak konsep tersebut.

Namun, konsep Ahwa justru diterima oleh keluarga almarhum Gus Dur. Hal itu disampaikan putrinya, Yenny Wahid. Ia yakin jika keluarnya konsep Ahwa tersebut tidak akan membuat tubuh NU pecah.

"Saya kok yakin NU tidak mudah pecah dengan itu. Ahwa mekanismenya mencapai mufakat, memilih pemimpin dengan musyawarah dan tidak ada yang negatif dari Ahwa," katanya.

Untuk itu, ia berharap NU nantinya juga bisa mengawal peradaban dunia dan bukan hanya masalah internal bangsa. Berbagai macam gagasan dari NU diharapkan menjadi jawaban bagi berbagai macam persoalan kekerasan di dunia yang mengatasnamakan agama. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015