New York, (Antara/AFP) - Pihak berwajib Amerika Serikat sedang menyelidiki sejumlah bank besar termasuk Credit Suisse, Deutsche Bank, dan HSBC atas kemungkinan keterkaitan mereka dalam penanganan dana yang berasal dari skandal korupsi FIFA.
Tim investigator bersama dengan pihak Departemen Kehakiman dan Departemen Jasa Keuangan New York sedang fokus dalam beberapa investigasi terpisah untuk mengetahui apakah pemegang kontrol internal bank-bank tersebut, termasuk diantaranya yang menyatakan diri melawan pencucian uang, gagal menemukan transaksi-transaksi mencurigakan yang dibuat oleh beberapa tersangka termasuk diantaranya para pejabat tinggi badan sepak bola dunia itu.
Bank lain yang ikut diselidiki yaitu Barclays, Standard Chartered, Israel's
Bank Hapoalim, dan New York-based Delta National Bank.
Rob Sherman, juru bicara HSBC Holdings di New York, mengonfirmasi tindakan penyelidikan tersebut dalam pernyataannya melalui surel.
"Kami akan terus mengkaji dakwaan yang dituduhkan pada beberapa eksekutif FIFA dan pihak lain yang mungkin terlibat, untuk memastikan bahwa layanan kami tidak disalahgunakan untuk kejahatan keuangan," ujarnya pada AFP.
Sementara itu, Visa yang merupakan perusahaan kartu kredit AS dan sponsor utama sepak bola dunia, menyatakan kurangnya kepercayaan mereka pada kepemimpinan FIFA dan meminta sebuah komisi independen membantu mereformasi FIFA.
"Dua hal harus dilakukan untuk memastikan reformasi FIFA. Pertama, sebuah komisi independen yang bertindak sebagai pihak ketiga, yang dipimpin oleh satu orang atau lebih tokoh yang jujur dan kritis untuk merumuskan perubahan. Kedua, kami percaya tidak akan ada perubahan berarti selama FIFA masih dipimpin oleh kepengurusan yang sekarang," ujar Chief Executive Visa, Charlie Scharf dalam sebuah pernyataan, Kamis (23/7).
FIFA telah berada di bawah pengawasan sejak polisi Swiss menggerebek sebuah hotel mewah di Zurich pada 27 Mei untuk menangkap beberapa orang yang terlibat dalam kasus korupsi badan sepak bola internasional itu.
Pemerintah AS telah menetapkan 14 orang termasuk pejabat sepak bola dan eksekutif bisnis olahraga sebagai tersangka dalam kasus suap senilai lebih dari 150 juta dolar AS untuk mengamankan stasiun televisi dan pemasaran kontrak turnamen sepak bola.
Pemerintah Swiss sendiri sedang melakukan investigasi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan Piala Dunia 2018 dan 2022 yang masing-masing akan berlangsung di Rusia dan Qatar.
Mencuatnya skandal tersebut membuat aktivis-aktivis nonpemerintah menyerukan pengawasan atas bank-bank besar dengan alasan bahwa bank-bank tersebut telah menutup mata untuk bukti pembayaran ilegal yang bersumber dari dana korupsi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Tim investigator bersama dengan pihak Departemen Kehakiman dan Departemen Jasa Keuangan New York sedang fokus dalam beberapa investigasi terpisah untuk mengetahui apakah pemegang kontrol internal bank-bank tersebut, termasuk diantaranya yang menyatakan diri melawan pencucian uang, gagal menemukan transaksi-transaksi mencurigakan yang dibuat oleh beberapa tersangka termasuk diantaranya para pejabat tinggi badan sepak bola dunia itu.
Bank lain yang ikut diselidiki yaitu Barclays, Standard Chartered, Israel's
Bank Hapoalim, dan New York-based Delta National Bank.
Rob Sherman, juru bicara HSBC Holdings di New York, mengonfirmasi tindakan penyelidikan tersebut dalam pernyataannya melalui surel.
"Kami akan terus mengkaji dakwaan yang dituduhkan pada beberapa eksekutif FIFA dan pihak lain yang mungkin terlibat, untuk memastikan bahwa layanan kami tidak disalahgunakan untuk kejahatan keuangan," ujarnya pada AFP.
Sementara itu, Visa yang merupakan perusahaan kartu kredit AS dan sponsor utama sepak bola dunia, menyatakan kurangnya kepercayaan mereka pada kepemimpinan FIFA dan meminta sebuah komisi independen membantu mereformasi FIFA.
"Dua hal harus dilakukan untuk memastikan reformasi FIFA. Pertama, sebuah komisi independen yang bertindak sebagai pihak ketiga, yang dipimpin oleh satu orang atau lebih tokoh yang jujur dan kritis untuk merumuskan perubahan. Kedua, kami percaya tidak akan ada perubahan berarti selama FIFA masih dipimpin oleh kepengurusan yang sekarang," ujar Chief Executive Visa, Charlie Scharf dalam sebuah pernyataan, Kamis (23/7).
FIFA telah berada di bawah pengawasan sejak polisi Swiss menggerebek sebuah hotel mewah di Zurich pada 27 Mei untuk menangkap beberapa orang yang terlibat dalam kasus korupsi badan sepak bola internasional itu.
Pemerintah AS telah menetapkan 14 orang termasuk pejabat sepak bola dan eksekutif bisnis olahraga sebagai tersangka dalam kasus suap senilai lebih dari 150 juta dolar AS untuk mengamankan stasiun televisi dan pemasaran kontrak turnamen sepak bola.
Pemerintah Swiss sendiri sedang melakukan investigasi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan Piala Dunia 2018 dan 2022 yang masing-masing akan berlangsung di Rusia dan Qatar.
Mencuatnya skandal tersebut membuat aktivis-aktivis nonpemerintah menyerukan pengawasan atas bank-bank besar dengan alasan bahwa bank-bank tersebut telah menutup mata untuk bukti pembayaran ilegal yang bersumber dari dana korupsi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015