Tulungagung (Antara Jatim) - Jajaran Kepolisian Resor Tulungagung, Jawa Timur mengefektifkan fungsi intelijen hingga jajaran babinkamtibmas untuk mengantisipasi masuknya faham/ajaran radikal Islam dari pendatang luar kota selama perayaan Idul Fitri 1436 Hijriah.


     


"Kami aktif berkoordinasi lintasfungsi, mulai jajaran polres, polsek hingga babinkamtibmas," kata Kapolres Tulungagung, AKBP Birawa Braja Paksa di Tulungagung, Jumat.


     


Ia mengakui selama bulan suci Ramadhan pergerakan pendatang ke Kabupaten Tulungagung meningkat.


     


Grafik kunjungan/kedatangan warga luar kota diprediksi melonjak drastis selama Lebaran, seiring tradisi anjangsana di antara warga muslim untuk merayakan Idul Fitri 1436 Hijriah.


   


"Kami tidak menutup kemungkinan itu. Semua kami pantau, tidak hanya antara internal anggota (polisi) namun juga lintasinstansi seperti TNI, MUI maupun masyarakat umum," ujarnya.


     


Birawa mengakui selama ini banyak aktivitas aliran keagamaan yang selama ini menjadi fokus pantauan aparat kepolisian.


     


Namun ia memastikan sejauh ini belum ada yang diidentifikasi sebagai gerakan radikal yanh berpotensi melakukan gerakan terorisme.


   


"Pernah ada kegiatan salah satu ormas yang melakukan aktivitas kelompok namun ditentang oleh kelompok lain karena dikhawatirkan memicu gesekan. Polisi tentu harus mengevaluasinya dengan mencari jalan tengah terbaik, sejauh aktivitas itu tidak membahayakan," tegasnya.


     


Pengawasan terhadap masuknya ajaran radikalisme dia akui meningkat selama Lebaran.


     


Hal itu dipengaruhi banyaknya perantau asal Tulungagung yang mudik, ataupun pendatang luar daerah yang sengaja masuk Tulungagung untuk alasan kepentingan anjangsana.


     


Di antara mereka, kata Birawa, diyakini memiliki aneka latarbelakang faham keagamaan, mulai Islam moderat, liberal, hingga beraliran garis keras.


     


Kelompok terakhir inilah yang kini paling banyak diantisipasi pihak kepolisian, mengingat Tulungagung dikenal sebagai salah satu wilayah persinggahan aktivis Islam radikal seperti pernah terjadi penembakan dua anggota teroris kelompok Santoso, di Poso Sulawesi.


     


"Itu tidak bisa kami cegah (datangnya warga luar daerah/asing), karena memang masanya Lebaran. Kami berharap warga lebih proaktif dengan melaporkan ke polisi  bila menemukan ada hal-hal mencurigakan di sekitarnya," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015