Kabul,  (Antara/Xinhua-OANA) - Di tengah upaya yang dilancarkan Pemerintah Afghyanistan untuk membawa gerilyawan Taliban ke meja perundingan dan menemukan penyelesaian bagi krisis yang menyelimuti negeri itu, gerilyawan yang setia kepada kelompok Negara Islam (IS) bermunculan di negeri itu.

        Mereka telah mulai merekrut petempur dan mulai melancarkan gelombang baru kerusuhan yang menantang Taliban di berbagai bagian negeri tersebut, termasuk di Provinsi Nangarhar di Afghanistan Timur.

        Beberapa laporan mengatakan selebaran telah dipasang di tembok masjid di daerah Nangarhar oleh anggota Daesh (IS),  untuk memerintahkan perempuan agar tidak keluar rumah mereka kecuali ketika ditemani oleh kerabat dekat mereka.

        Gerilyawan IS dilaporkan telah beberapa kali terlibat pertempuran di berbagai wilayah Provinsi Nangarhar dan Nuristan selama dua bulan belakangan.

        Menurut pengamat Afghanistan, Pemerintah Afghanistan dengan jelas telah menyatakan pembicaraan perdamaian akan diselenggarakan dengan Taliban yang mencela kekerasan dan bersedia menerima undang-undang dasar negara itu.

        "Karena kelompok Daesh telah merekrut petempur ekstra-ortodoks dan paling fanatik di Afghanistan, kehadiran mereka di negeri tersebut tentu saja akan membuat rumit proses perdamaian yang digagas pemerintah," kata pengamat polisik Khan Mohammad Daneshjo dalam wawancara belum lama ini dengan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.

        Pengulas itu mengatakan, petempur Taliban yang tak bertemu dengan pemimpin Taliban Mullah Omar selama beberapa tahun belakangan dan menentang perujukan nasional telah beralih kesetiaan kepada Negara Islam.

        Untuk pemerintah, petempur Daesh --selain menghadapi pasukan keamanan-- juga telah menculik lebih dari tiga lusin penumpang kendaraan selama dua bulan belakangan di Afghanistan Selatan. Mereka telah menuntut pemerintah membebaskan tahanan Taliban di penjara Afghanistan untuk ditukar dengan pembebasan penumpang yang diculik.

        Dalam pertukaran tahanan baru-baru ini, pemerintah telah membebaskan lebih dari dua lusin tahanan asing, semuanya perempuan dan anak-anak, setelah gerilyawan membebaskan 19 orang yang mereka culik.

        Beberapa laporan juga mengatakan petempur IS dilaporkan telah terlibat dalam perang melawan pemerintah di Provinsi Badakshan dan Kunduz di Afghanistan Utara, yang berbatasan dengan Tajikistan.

        Walaupun pemerintah telah menghindari untuk mengakui Afghanistan sudah disusupi petempur Daesh, Wakil I Kepala Pelaksana Mohammad Khan pada Ahad (28/6) mengatakan kehadiran IS di Afghanistan saat ini adalah kenyataan.

        "Komandan dan petempur Taliban di beberapa bagian Afghanistan telah mengganti bendera putih mereka dengan bendera hitam Daesh dan mulai bertempur di bawah bendera Daesh," kata Khan kepada wartawan, dalam satu taklimat.

        Serangkaian pertemuan telah diselenggarakan antara wakil pemerintah dan kelompok elit Afghanistan dari luar pemerintah selama setahun terakhir. Pertemuan paling akhir diselenggarakan di Ibu Kota Norwegia, Oslo, dengan tujuan bertukar pandangan tentang cara menemukan penyelesaian politik bagi krisis berkepanjangan di negeri itu tapi semuanya gagal.

        Seorang lagi pengulas politik, Atiqullah Omar, dalam percakapan dengan media setempat, mengumandangkan pendapat yang disampaikan oleh Daneshjo dengan mengatakan sebenarnya tak ada harapan bagi proses perdamaian dengan kehadiran Daesh di Afghanistan. (*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015