Selain kesenian tradisional Reog, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, juga memiliki ikon yang juga dibanggakan oleh warganya, yakni Telaga Ngebel yang berhawa sejuk.

Telaga dengan luas keliling sekitar 5 kilometer itu terletak sekitar 30 kilometer sebelah timur laut Kota Ponorogo. Selain dari Ponorogo, Telaga Ngebel yang berada di kaki Gunung Wilis itu juga bisa ditempuh dari Kabupaten Madiun, yakni dari Kecamatan Dolopo.

Berkunjung ke telaga berhawa sejuk sekitar 20 derajat Celsius itu akan melewati jalan sedikit menanjak dan berkelok-kelok. Pemandangan sepanjang perjalanan itu juga mengasyikkan.

Pengguna kendaraan harus berhati-hati karena jalan yang nisbi sempit dan di sisinya terdapat jurang. Bahkan jalan yang ditempuh dari Dolopo justru terdapat jurang terjal di kanan kiri jalan.

Memasuki pintu gerbang sekaligus pembelian tiket seharga Rp4.000 per orang, suasana sejuk mulai terasa. Pengunjung bisa memilih berkeliling telaga terlebih dahulu sebelum menikmati berbagai suguhan pendukung objek wisata itu.

Jalan yang tidak terlalu lebar juga mengharuskan pengunjung yang menggunakan roda empat untuk pelan-pelan karena bisa berpapasan dengan mobil lain yang berlawanan arah. Kendaraan roda empat dari arah berlawanan harus saling menepi.

Setelah mengitari pinggiran telaga dengan ciri kedalaman airnya berbentuk V atau cekungan dalam di bagian tengah itu, pengunjung bisa beristirahat untuk menikmati pemandangan air yang tampak lebih indah jika mendapat terpaan sinar mentari.

Pengunjung bisa berfoto-foto dengan latar belakang perpaduan air dan hijaunya tebing yang mengelilingi. Atau jika pengunjung beruntung bisa memadukan latar belakang dengan birunya awan.

Puas berfoto, pengunjung bisa menikmati sajian kuliner dengan lauk ikan air tawar yang dihasilkan dari telaga tersebut. Terdapat puluhan warung berbagai jenis di pinggir telaga itu.

Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati wisata air dengan menaiki perahu bebek atau bus air di telaga tersebut. Berputar-putar di telaga itu dapat dilakukan bersama-sama karena dalam satu perahu bisa diisi beberapa orang. Tarif perahu per orang Rp5.000 atau bisa sewa atau satu perahu Rp50.000.

Bagi pengunjung yang hendak bermalam di sekitar telaga, bisa menyewa hotel atau penginapan yang jumlahnya mencapai 20-an dengan tarif antara Rp60 ribu hingga Rp70 ribu per malam. Menginap di tempat itu bisa menikmati suasana Telaga Ngebel di malam hari.

Untuk menikmati Telaga Ngebel di malam hari, bisa juga dengan tanpa menginap, seperti yang dilakukan oleh budayawan Ponorogo Dr Sutejo yang beberapa kali mengajak kawannya dari luar Ponorogo pada malam hari.

"Salah satunya teman sastrawan Maman S Mahayana dari Bogor yang memang ingin tahu Telaga Ngebel di malam hari. Ternyata asyik juga menikmati telaga di malam hari," tutur penulis buku produktif ini.

Selain menikmati jernihnya air telaga, pengunjung pada saat tertentu juga dimanja dengan aneka buah yang harganya murah karena di sekeliling telaga banyak menghasilkan aneka buah.

"Ada durian dari Ngebel yang rasanya khas, ada juga manggis dan aneka buah lainnya. Selain itu di Ngebel juga banyak tersedia penginapan yang tarifnya murah," ujar Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pemkab Ponorogo Edy Darwanto.

Edy menuturkan pengunjung Telaga Ngebel dalam sepekan bisa mencapai 500 orang dan pada kegiatan tertentu bisa bertambah, seperti saat ada pertunjukan dangdut dan reog secara berkala.

Pihaknya juga menggandeng perguruan tinggi di Ponorogo untuk memperkenalkan Telaga Ngebel kepada wisatawan asing, khususnya lewat program pertukaran mahasiswa.

Sementara keberadaan telaga itu sendiri memiliki legenda tentang seekor ular naga bernama Baru Klinting yang merupakan jelmaan dari patih Kerajaan Bantaran Angin.

Sang patih yang sedang bermeditasi berubah wujud menjadi ular. Karena ketidaktahuan, seorang warga membawa ular jelmaan itu ke sebuah desa.

Saat hendak dipotong untuk dijadikan santapan, ular itu berubah menjadi anak kecil. Si bocah menancapkan lidi ke tanah dan tidak ada orang yang bisa mencabutnya, kecuali si bocah itu sendiri.

Bekas tancapan lidi si bocah kemudian mengeluarkan air yang lama kelamaan membentuk telaga. Karena mengeluarkan bau menyengat maka warga menyebutnya dengan Telaga Ngebel. (*

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015