Beberapa daerah mengenal kue tradisional yang satu ini dengan nama kembang goyang. Dari bentuknya yang cantik dan rasanya yang renyah, membuat kue tradisonal ini banyak diminati masyarakat.
Seringkali, kue khas ini dijadikan buah tangan atau hidangan yang disajikan di saat Lebaran tiba.Tapi kue “Mbak Sri”, merek dagang kue yang diproduksi warga Desa Sekaru, Jombang, itu menawarkan kue tradisional menjadi makanan camilan yang ada setiap saat dan tidak harus menunggu Lebaran.
Sekalipun dengan kemasan sederhana dan tertera merek dagang yang dicetak dengan kertas sablon serta tercantum bahan dasar untuk membuat kue tersebut, kue buatan Mbak Sri ini cukup laris dijajakan di beberapa warung dan sejumlah toko kue.
“Dari bentuknya kelihatan, kalau kue kembang goyang buatan Mbak Sri ini gurih,” kata Ninik Amalia yang sedang menunggu pesanan rujak di salah satu warung di Jombang.
.
Kue yang terbuat dari bahan dasar tepung beras, telur ayam, gula dan santan itu memiliki cita rasa gurih dan renyah. Bila adonan yang dibuat dengan takaran “berani” santan dan telur, maka kue akan lebih renyah, tapi rentan pecah.
Adonana itu terdiri dari 200 gram tepung beras, 65 gram gula pasir halus, 2 butir telur, 1/2 sendok teh garam dan 250 ml santan (dari parutan 1/2 butir kelapa, serta minyak goreng secukupnya.
Kini para perajin kue banyak menambahkan varian rasa. Bisa ditambahkan rasa "essens frambozen", essens pandan, atau taburan biji wijen sebagai variasi rasa. Bahkan ada pula yang menambahkan warna yang membuat penampilan kembang goyang terlihat begitu menarik.
Bila melihat proses pembuatannya, serasa gampang, namun diperlukan ketelaten, kata Tutut yang juga ikut menikmati kue tersebut.
Sebenarnya cara membuat kue kembang goyang cukup mudah dan unik, yakni menggunakan cetakan kue berbentuk bunga. Bentuk cetakan juga beragam.
Cetakan tersebut dimasukkan dalam adonan yang sudah diuleni ke dalam minyak yang telah dipanaskan sambil digoyang-goyang hingga kue terlepas dari cetakan. Proses ini yang menyebabkan kue itu disebut kembang goyang.
Cara tersebut dilakukan berulang-ulang hingga seluruh adonan habis. Untuk ikut melestarikan keberadaan kue tradisonal tersebut, tidak ada salahnya kita perlu mempraktikkan membuat olahan sendiri atau menikmati hasil produksi industri rumah tangga yang kini sudah semakin banyak diberdayakan untuk merningkatkan elonomi keluarga. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Editor : Chandra Hamdani Noer
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015